JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Marty Natalegawa menyatakan bahwa ada 4 isu yang menjadi perhatian negara-negara ASEAN terkait upaya menjaga stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia dan Pasifik. Dari empat isu itu, persoalan nuklir di Semenanjung Korea menjadi isu utama.
Hal itu disampaikan Marty saat berdialog dengan koresponden media asing di Foreign Correspondent’s Club of Thailand, Bangkok, Rabu (10/7). Pertemuan dengan koresponden asing tersebut dilakukan di sela-sela kunjungan dan pertemuan tahunan tingkat Menteri Luar Negeri dengan Laos dan Thailand.
Selain isu nuklir di Semenanjung Korea, tiga isu lainnya adalah klaim tumpang tindih atas wilayah, isu domestik sebuah negara yang memiliki dampak regional, serta hubungan bilateral antaranegara kunci di kawasan. Menurut Marty, ASEAN terus memainkan peran sentral dalam merespon keempat isu kawasan tersebut. Oleh karenanya, ASEAN tidak akan berdiam diri untuk mengatasi keempat isu yang bisa mengganggu stabilitas keamanan di kawasan Asia Pasifik.
"Dalam situasi regional dan global yang dinamis seperti saat ini, berdiam diri bukan lagi menjadi pilihan kebijakan bagi ASEAN," kata Marty melalui siaran pers, Rabu (10/7).
Untuk memastikan peran sentralitas di kawasan, ASEAN terus mendorong adanya saling percaya di antara negara di kawasan. Selain itu, sambung Marty, ASEAN juga mendorong penyelesaian permasalahan secara damai dan menumbuhkan paradigma baru interaksi antarnegara yang berlandaskan kerja sama serta menjaga ketahanan ekonomi kawasan. "Keamanan, stabilitas dan kemakmuran adalah milik bersama, untuk mencapai keamanan dan stabilitas sebuah negara tidak harus diartikan menjadi ancaman bagi negara lain," papar menteri berkacamata bulat ini.
Dalam kesempatan dialog, Marty juga menyampaikan visi ASEAN pasca 2015. Yaitu konsolidasi komunitas ASEAN dalam lingkup global dan berkomitmen terhadap dua tujuan jangka panjang ASEAN.
Menurut Marty, dua tujuan jangka panjang ASEAN juga menjadi visi Indonesia dalam bidang ekonomi yakni melipatgandakan GDP ASEAN dan menurunkan setengah angka kemiskinan di negara ASEAN pada tahun 2030. "Visi ini disampaikan pertama kali oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Bandar Sri Begawan saat KTT ASEAN tanggal 23-24 April 2013 yang lalu," tandas Marty. (dil/jpnn)
Hal itu disampaikan Marty saat berdialog dengan koresponden media asing di Foreign Correspondent’s Club of Thailand, Bangkok, Rabu (10/7). Pertemuan dengan koresponden asing tersebut dilakukan di sela-sela kunjungan dan pertemuan tahunan tingkat Menteri Luar Negeri dengan Laos dan Thailand.
Selain isu nuklir di Semenanjung Korea, tiga isu lainnya adalah klaim tumpang tindih atas wilayah, isu domestik sebuah negara yang memiliki dampak regional, serta hubungan bilateral antaranegara kunci di kawasan. Menurut Marty, ASEAN terus memainkan peran sentral dalam merespon keempat isu kawasan tersebut. Oleh karenanya, ASEAN tidak akan berdiam diri untuk mengatasi keempat isu yang bisa mengganggu stabilitas keamanan di kawasan Asia Pasifik.
"Dalam situasi regional dan global yang dinamis seperti saat ini, berdiam diri bukan lagi menjadi pilihan kebijakan bagi ASEAN," kata Marty melalui siaran pers, Rabu (10/7).
Untuk memastikan peran sentralitas di kawasan, ASEAN terus mendorong adanya saling percaya di antara negara di kawasan. Selain itu, sambung Marty, ASEAN juga mendorong penyelesaian permasalahan secara damai dan menumbuhkan paradigma baru interaksi antarnegara yang berlandaskan kerja sama serta menjaga ketahanan ekonomi kawasan. "Keamanan, stabilitas dan kemakmuran adalah milik bersama, untuk mencapai keamanan dan stabilitas sebuah negara tidak harus diartikan menjadi ancaman bagi negara lain," papar menteri berkacamata bulat ini.
Dalam kesempatan dialog, Marty juga menyampaikan visi ASEAN pasca 2015. Yaitu konsolidasi komunitas ASEAN dalam lingkup global dan berkomitmen terhadap dua tujuan jangka panjang ASEAN.
Menurut Marty, dua tujuan jangka panjang ASEAN juga menjadi visi Indonesia dalam bidang ekonomi yakni melipatgandakan GDP ASEAN dan menurunkan setengah angka kemiskinan di negara ASEAN pada tahun 2030. "Visi ini disampaikan pertama kali oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Bandar Sri Begawan saat KTT ASEAN tanggal 23-24 April 2013 yang lalu," tandas Marty. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Logo Diganti Wajah Hitler, KFC Gugat Gerai di Bangkok
Redaktur : Tim Redaksi