jpnn.com, JAKARTA - PBSI buka suara terkait kegagalan Indonesia di Kejuaraan Beregu Asia 2023.
Dalam laga yang digelar di Dubai Exhibition Centre, Dubai, Uni Emirat Arab, Fajar Alfian dan kolega hanya mampu melangkah hingga perempat final lantaran keok 1-3 dari Korea.
BACA JUGA: PBSI Ungkap Faktor Kegagalan Indonesia di Kejuaraan Beregu Asia 2023
Hasil tersebut membuat kaget pencinta bulu tangkis Tanah Air mengingat Indonesia membawa skuad terbaiknya di Kejuaraan Beregu Asia 2023.
Kabid Binpres PBSI, Rionny Mainaky menyebut faktor kegagalan Indonesia di turnamen ini karena sejumlah pemain tidak dalam kondisi terbaik, seperti Gregoria Mariska Tunjung, Putri Kusuma Wardani (tunggal putri), Siti Fadia Silva Ramadhanti (ganda putri), hingga Muhammad Rian Ardianto (ganda putra).
BACA JUGA: Kejuaraan Beregu Asia 2023: Kalah dari Korea, Indonesia Pulang dengan Nestapa
Hal tersebut membuat performa mereka selama turnamen tidak begitu apik dan akhirnya Indonesia terhenti di babak delapan besar.
"Secara umum banyak pemain tidak dalam kondisi prima. Akibatnya mereka tidak tampil dalam kondisi terbaik." ungkap Rionny dalam rilis tertulis.
BACA JUGA: Kejuaraan Beregu Asia 2023: Alasan Ginting dan Gregoria Mariska Absen Melawan Korea
Selain mengeluhkan kondisi, para pebulu tangkis Indonesia juga kurang bisa beradaptasi dengan lapangan.
Kondisi Dubai Exhibition Centre membuat para penggawa Garuda bermain dengan ragu.
"Permainan tidak bisa keluar karena pemain ragu-ragu. Adaptasi dengan lapangan tidak bagus akibatnya mereka mendapat tekanan dari lawan yang bisa beradaptasi dengan baik," tambah pelatih kelahiran 9 Maret 1968 itu.
Tidak hanya kesulitan dalam beradaptasi, gaya bermain beberapa pebulu tangkis Indonesia juga tidak begitu apik.
Terlihat beberapa pemain, seperti Anthony Sinisuka GInting (tunggal putra), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), hingga Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (ganda putri) tampil di bawah tekanan lawan.
Terlihat saat lawan lebih menekan, para pebulu tangkis Indonesia tidak bisa mengembangkan permainan.
"Menghadapi lawan yang bermain nekat seharusnya para pemain bisa bermain lebih nekat. Mereka harus lebih berani lagi, tetapi pemain tidak bisa mengatasi hal tersebut dengan pintar dan cerdik," pungkas pria yang pernah melatih Nihon-Unisys di Jepang itu.(mcr16/jpnn)
Redaktur : Dhiya Muhammad El-Labib
Reporter : Muhammad Naufal