Indonesia Harus Revolusi Total

Selasa, 07 Oktober 2014 – 07:05 WIB

INCHEON-Kontingen Indonesia bisa dianggap gagal total dalam Asian Games XVII Incheon 2014. Menargetkan 9 emas, Indonesia cuma membawa pulang  4 emas plus 5 perak dan 11 perunggu.
    
Cabang olahraga yang menyumbangkan emas adalah Bulu Tangkis (dua emas), Wushu, dan Atletik. Para atlet yang menyelamatkan muka Indonesia adalah pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, lalu ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.    
    
Dari atletik Maria Natalia Londa secara mengejutkan merebut emas lompat jauh putri. Satu emas lagi didapatkan dari Wushu nomor Nanquan dan Nandao Juwita Niza Wasni.  
      
Dari semua cabang olahraga, hanya Bulu Tangkis dan Wushu yang mampu memenuhi target medali emas. Walau keduanya juga dianggap meleset dari sasaran awal. Sedangkan lompat jauh yang maksimal diprediksi mendapatkan perak justru mampu merenggut emas.
    
Hendra/Ahsan memang diproyeksikan mendapatkan emas. Namun, untuk emas lainnya Greysia/Nitya merupakan kejutan. Sebab yang ditarget untuk mendapatkan emas adalah pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
    
Sedangkan untuk Wushu, Juwita Niza Wasni yang tidak dipatok emas justru naik di podium pertama.

Tetapi Juwita mendapatkan keuntungan setelah atlet Malaysia Tai Cheau Xuen terbukti positif doping. Lindswell yang digadang-gadang mendapatkan emas, malah menjadi runner-up.
    
Ada dua versi dalam penentuan target medali Asian Games 2014. Menurut versi Program Indonesia Emas (Prima), Indonesia bisa mendapatkan emas dari Rowing nomor Lightweight Men's Double Sculls, sepeda BMX, Boling Team Of Five Putri, Equestrian nomor Dressage Putri, Wushu nomor Taijiquan dan Taijijian, Soft Tennis tim putra, dan bulu tangkis ganda putra dan ganda campuran.
    
Namun Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo menambahkan target satu emas lagi dari nomor voli pantai putra.   

BACA JUGA: Evan Dimas dkk Dilarang Jajan di Luar Hotel

"Ini pelajaran bagi kami semua. Karena kami jauh tertinggal dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya," kata Rita Subowo, ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
       
Ini membuktikan bahwa tidak setiap pihak bisa bekerja terpisah-pisah. Harus kompak antara KONI, KOI, PB Cabor, dan atlet. "Ke depan, kami harus lebih baik lagi, lebih maksimal. Karena kami tidak hanya tampil dan berkompetisi. Tetapi kami menjadi tuan rumah," imbuhnya.
      
Memang KONI, KOI, dan Kemenpora terkesan tidak dalam hubungan yang baik jelang Asian Games. Persiapan compang-camping. Alet angkat besi nasional Eko Yuli Irawan sebelumnya mengakui bahwa dana dan peralatan sering datang terlambat. Itupun jumlahnya sangat minim.
       
"Kami persiapan tiga bulan, sedangkan Korea Utara bisa sampai empat tahun persiapan tanpa putus," ucap Eko. Hasilnya Korut memang dahsyat di angkat besi dengan 4 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.       
      
Kepala Kontingen Indonesia alias Chef de Mission Ade Lukman mengakui bahwa prestasi Indonesia yang berada di bawah Thailand, Malaysia, dan Singapura tidak impresif.    

"Apa yang terjadi di Asian Games ini harus terus diingat. Setelah ini kami akan evaluasi bersama. Menyiapkan program lebih panjang lagi. Bukan dekat dengan even tetapi dimulai sejak sekarang,"    tegasnya. (JP)

BACA JUGA: Ancelotti Khawatirkan Virus FIFA

BACA JUGA: Persija Panggil Bepe Lagi, Tawarkan Kenaikan Nilai Kontrak

BACA ARTIKEL LAINNYA... Madrid Khawatirkan Virus FIFA


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler