Indonesia Lawak Klub, Lucu dan Mikir

Minggu, 30 Maret 2014 – 14:33 WIB

jpnn.com - BEBERAPA bulan terakhir, program komedi TV nasional boleh dibilang seragam. Memadukan goyangan, candaan slapstick, bullying, dan pengisi acara itu-itu saja.

Trans7 membaca peluang dan menawarkan sesuatu yang berbeda lewat Indonesia Lawak Klub (ILK). Acara yang tadinya hanya tayang Sabtu dan Minggu itu kini mengisi slot prime time Senin"Jumat pukul 21.30 karena rating-nya terus meningkat.

BACA JUGA: Inneke Koesherawati Tergoda Pakai Jins

Mendengar ILK, orang segera mengingat Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne. Menurut Produser ILK Ucok Ramadheni, acara yang dibuatnya itu memang parodi dari tayangan yang dibawakan Karni Ilyas tersebut. Beberapa panelis dan narasumber dihadirkan untuk membahas satu tema, namun dalam bentuk komedi, tidak seserius acara yang ditirunya.

"Dengan konsep begitu, kita bisa menampung beberapa pelawak untuk bicara, interupsi, dan segala macam. Di sini, semua genre pelawak masuk," ujar pria yang akrab disapa Bang Ucok itu saat ditemui di sela syuting ILK di Crowne Plaza Hotel Jakarta pekan lalu.

BACA JUGA: Baru Bercerai, Gwyneth Paltrow Ingin Cari Pacar Baru

Ucok mengatakan, ide ILK muncul kali pertama pada pertengahan 2013. Alasannya, tim produksi Trans7 merasa jenuh dengan komedi yang begitu-begitu saja.

Hingga lahirlah ILK yang digawangi Denny Chandra sebagai host dan diperkuat Komeng, Cak Lontong, Fitri Tropica, Rico Ceper, serta Jarwo Kwat. Menurut Ucok, para komedian yang diajaknya itu tidak sembarangan. Mereka adalah pelawak yang memiliki karakter, cerdas, dan berbeda.

BACA JUGA: Anang Sayangkan Sarah Idol Terpental

Sejak awal syuting ILK, Ucok merasakan perpaduan Denny, Komeng, dan Cak Lontong sangat pas. Denny yang cerdas bisa mengetahui waktu yang tepat untuk melempar umpan dari satu pelawak kepada pelawak lain.

Cak Lontong yang selalu mengungkapkan data-data absurd selalu bisa menjadi bahan lawakan oleh Komeng. Fitri Tropica dianggap mewakili anak muda dengan gaya alay dan lebay-nya serta bicara yang keinggris-inggrisan.

Sebisanya ILK tidak mengundang pelawak-pelawak seperti Olga Syahputra dan nama-nama lain yang sudah menjadi langganan komedi slapstick dan bullying. "Ya, kalau yang diundang itu-itu lagi, apa bedanya sama acara yang sudah ada?" kata Ucok. "Kita tidak mau jadi follower. Kita mau jadi trendsetter," tegasnya.

Selain mengajak para komedian yang memiliki karakter kuat dalam melawak, kru ILK memiliki rumus dalam menentukan komposisi pemain. Setiap episode, biasanya ada 7"8 komedian dari genre berbeda.

Mereka akan menjadi empat posisi. Yaitu, satu orang pemandu yang dipercayakan kepada Denny. Lalu, 4-5 orang bertugas sebagai player atau pengumpan yang mengungkapkan data, 1 orang breaker atau tukang nyeletuk yang biasanya diperankan Komeng, dan 1 orang yang menjadi "sosok lemah".

Tim kreatif ILK berupaya mendatangkan pelawak-pelawak dari berbagai generasi. Baik pelawak senior seperti Marwoto maupun pelawak muda Chika Jessica. Kombinasi generasi itu tidak membuat para pemain mati kutu, bahkan menambah kelucuan.

Ucok mengatakan, komposisi pemain memengaruhi tema. Sempat beberapa kali mereka memberikan tema tanpa melihat karakter pemain, hasilnya mengecewakan karena lucunya tidak maksimal.
Misalnya, pada episode Selfie. Kru beranggapan dengan materi yang sangat kekinian, hasilnya akan sangat lucu. Sayangnya, pemain-pemain yang saat itu terlibat tidak terlalu dekat dengan materi tersebut sehingga kurang maksimal.

ILK memang bukan program komedi biasa. Setiap pemain dituntut mampu mendekonstruksi sebuah masalah yang dijadikan tema. Itu harus dilakukan secara smart sehingga guyonan yang dihasilkan terasa pintar. Tawa di acara tersebut, mengutip kata Cak Lontong, dihasilkan dari, "Mikir!"

Misalnya, pada episode Terjebak Uang Panas yang membahas artis-artis yang tersandung kasus pencucian uang para koruptor. "Kalau para artis dipanggil (KPK) karena menerima uang setelah manggung, kenapa para pengacara (yang dibayar pakai uang itu juga) tidak ikut dipanggil?" celetuk pelawak Bolot.

Tayang setiap hari dengan format sama, potensi penonton bosan sangat besar. Ucok berusaha mencegahnya dengan memilih tema-tema yang sedang hot.

Kalau tidak ada, pilihan jatuh pada topik yang bersifat long lasting. Selain itu, syuting tapping maksimal sehari dua episode agar kesegaran lawakan dan stamina para komedian terjaga. Acara tersebut juga diisi para model cantik. Mereka hanya cameo, tapi memiliki peran.

"Sebagian besar pemain ILK kan cowok. Para model ini bisa membuat tayangan jadi terlihat manis," jelas Ucok. Setiap episode selalu dipungkasi kesimpulan yang dibacakan seorang NoTulen, Kang Maman. (yas/c6/ayi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Marshanda Kembali Bernyanyi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler