jpnn.com, JAKARTA - Indonesia Re menegaskan pentingnya perencanaan strategis berbasis manajemen risiko untuk menghadapi tantangan global dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Lewat kegiatan yang dihadiri Dewan Komisaris dari Indonesia Re Group, Indonesia Re mengajak pimpinan anak usaha, Reindo Syariah dan Asuransi ASEI untuk mendiskusikan isu-isu strategis jelang 2025.
BACA JUGA: Indonesia Re Raih Penghargaan Indonesia Good Corporate Governance Award 2024
Diskusi itu untuk mengintegrasikan Risk-Based Budgeting dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM, dan Corporate Secretary Indonesia Re Robbi Yanuar Walid mengatakan bahwa sebagai bagian dari industri asuransi dan reasuransi, Indonesia Re memiliki tanggung jawab untuk memilih dan mengelola risiko yang dihadapi oleh masyarakat.
BACA JUGA: Indonesia Re-BPJS Kesehatan Bahas Pencegahan Kecurangan Klaim dan Penanganan Fraud
“Budaya sadar risiko terlihat mudah diucapkan, tetapi proses internalisasi hingga implementasinya membutuhkan waktu panjang dan kerja keras,” ucap Robbi dalam keterangannya, Selasa (10/12).
Menurut dia, pendekatan terhadap manajemen risiko tidak hanya bersifat kuantitatif, melainkan juga kualitatif.
BACA JUGA: Rayakan HUT ke-39, Indonesia Re Terus Bertransformasi dan Komitmen Berkelanjutan
Proses tersebut melibatkan upaya internalisasi budaya sadar risiko, mulai dari mengenali risiko hingga memitigasinya.
“Kita harus memastikan bahwa setiap individu di organisasi memahami risiko di lingkup kerja mereka dan berkontribusi pada mitigasi risiko secara kolektif,” kata dia.
Sementara itu, dalam sesi diskusi bertajuk "An Update & Assessment: Geopolitical Global dan Risk Implications", Komisaris Independen Indonesia Re, Reza Y. Siregar memaparkan tantangan serta strategi mitigasi risiko yang relevan bagi industri asuransi dan perekonomian Indonesia.
Dia menyoroti dampak ketegangan geopolitik global terhadap stabilitas ekonomi dan perdagangan.
"Saat ini, ketegangan geopolitik turut memengaruhi sistem keuangan internasional, dengan sanksi ekonomi yang memperumit perdagangan global. Indonesia harus mengambil langkah strategis untuk menjaga kestabilan ekonominya," tutur Reza.
Reza juga menekankan bahwa sektor asuransi memiliki peran penting dalam mengantisipasi risiko geopolitik, termasuk dalam mendukung stabilitas rantai pasok strategis, seperti pangan dan energi.
Di sesi kedua, Komisaris Utama Indonesia Re Julian Noor menggarisbawahi bahwa perencanaan yang baik adalah setengah dari keberhasilan.
Dalam konteks tata kelola risiko perusahaan perencanaan yang efektif harus berbasis asumsi yang realistis dan relevan terhadap kondisi bisnis.
Dia bilang bahwa industru asuransi adalah bisnis padat modal yang bergantung pada pengelolaan risiko yang matang.
“Dengan manajemen risiko yang proaktif, kita tidak hanya meminimalkan risiko, tetapi juga menciptakan peluang baru di tengah tantangan global," ucap Julian. (mcr4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Re Dukung Pengembangan SDM Industri Asuransi lewat Executive Training
Redaktur : Elfany Kurniawan
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi