Indonesia Timur Butuh Pelabuhan Ekspor Impor

Senin, 25 Juli 2016 – 13:16 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia bagian timur ternyata tak sejalan dengan pembangunan infastruktur pelabuhan. Hingga kini, tak ada pelabuhan umum yang memadai di sana.

Buktinya, hingga saat ini, aktivitas ekspor-impor Intim masih bergantung pada pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa.

BACA JUGA: Incar Pertumbuhan 20 Persen, Panasonic Orientasi Pasar Lokal

Direktur Utama PT Pelindo IV Doso Agung menyatakan, kondisi itu merupakan konsekuensi strategi pembangunan Indonesia masa lalu yang berorientasi pada pengembangan Pulau Jawa sebagai pusat ekonomi.

’’Ini membuat pembangunan ekonomi, industri, jasa, dan logistik terpusat di Jawa,’’ kata Doso dalam Preparatory Meeting on Bilateral Maritime Dialogue Indonesia-Korea kemarin (24/7).

BACA JUGA: Inilah 3 Mobil Mitsubishi Yang Paling Laris

Akibatnya, hampir seluruh pelabuhan umum (public port) di kawasan timur Indonesia berstatus dalam negeri atau antarpulau.

Alhasil, tidak ada pelabuhan umum yang mampu melayani ekspor atau impor secara langsung (international hub sea port). ’’Padahal, potensi ekspor maupun impor komoditas di Indonesia timur sebenarnya sudah cukup besar,’’ ungkapnya.

BACA JUGA: Anak Usaha KAI, Garap Lahan Bekas Stasiun Jadi Mall

Hingga saat ini, ekspor atau impor di kawasan timur Indonesia harus dilakukan melalui pelabuhan di Jakarta, Surabaya, atau Semarang. Doso mengakui, ada sejumlah perusahaan yang melakukan ekspor-impor di kawasan timur Indonesia.

Namun, ekspor-impor tersebut dilakukan melalui pelabuhan atau terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS). ’’Mereka bangun sendiri untuk ekspor hasil pertambangan dan migas,’’ ucapnya.

Sementara itu, bongkar-muat untuk barang umum yang bersifat konsumtif dan produk perdagangan nontambang masih harus dilakukan melalui Pulau Jawa.

Tambahan biaya bongkar muat antar-pelabuhan itu membuat biaya logistik untuk ekspor barang umum dari kawasan timur Indonesia menjadi lebih tinggi. ’’Waktunya juga lebih lama untuk sampai ke negara tujuan,’’ ujar Doso.

Karena itu, Doso menawari investor asing untuk ambil bagian dalam program pengapalan langsung (direct call) kargo ekspor dari Kalimantan Timur ke Korea Selatan, Tiongkok, atau Jepang.

Hal tersebut sudah dilakukan dari Makassar pada awal tahun ini. ’’Korea Selatan bisa terlibat melalui perusahaan shipping line atau sebagai buyer,’’ tuturnya. (wir/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tampung Dana Repatriasi Rp 10 T, Ini Strategi Bank Syariah Mandiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler