Industri Asuransi Dihantui Pesimisme

Sabtu, 30 Juli 2016 – 16:51 WIB
Ilustrasi Foto: Ist

jpnn.com - SURABAYA - Pelaku industri asuransi memprediksi hanya mampu mencapai 90 persen dari target yang ditetapkan hingga akhir tahun. Hal itu tak lepas dari kondisi makro ekonomi tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai harapan mengakibatkan perolehan premi tak setinggi yang diharapkan.

BACA JUGA: Deposito tak Menarik, BNI Siapkan Wealth Management

“Hal itu sangat realistis di tengah kondisi perekonomian yang kurang bagus,’’ kata Head of East Region PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) Ign. Bambang Lindu Nugroho kemarin (29/7).

Di antara target pendapatan premi Rp 387,5 miliar, sekitar 45 persen telah tercapai. Angka tersebut terkumpul dari 12 cabang Aswata di Jawa Timur (Jatim) serta Indonesia timur.

BACA JUGA: Bangun 10 Diler, Auto2000 Kucurkan Rp 1 Triliun

Aswata berharap ada pertumbuhan premi pada sektor industri. Dengan adanya program amnesti pajak, Aswata berharap banyak dana repatriasi yang diinvestasikan ke sektor riil.

Ketika sektor industri dan infrastruktur tumbuh, premi asuransi juga ikut tumbuh.

BACA JUGA: 5 Negara Paling Banyak Berinvestasi di Indonesia

Sebelumnya, Aswata lebih menyasar premi perbankan dan pembiayaan. Namun, kinerja multifinance juga tumbuh lambat seiring pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor yang kurang dari sepuluh persen.

Karena itu, perseroan pun harus menyasar pangsa pasar lain untuk memenuhi target premi. Kini Aswata lebih banyak menyasar pelabuhan dan perusahaan BUMN.

’’Kami berharap ada premi pembangunan jalan tol dan pelabuhan,’’ ujar Bambang. Aswata juga akan menambah jumlah agen. Dari seratus agen menjadi 300 agen tahun ini.

Industri asuransi secara nasional tumbuh empat persen pada kuartal pertama 2016. Premi bruto yang terkumpul mencapai Rp 14,52 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan premi industri asuransi umum mampu menyentuh angka sepuluh persen.

Kontribusi terbesar disumbang produk asuransi properti dan kendaraan bermotor. Sementara itu, produk asuransi kesehatan tertekan dengan adanya produk jaminan sosial Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (rin/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suplai Terbatas, Harga Cabai Makin Pedas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler