Industri Baja Lokal Kewalahan Hadapi Gempuran Tiongkok

Rabu, 04 April 2018 – 01:16 WIB
Ilustrasi baja. Foto: AFP

jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) berharap pertumbuhan konsumsi baja pada tahun ini mencapai tujuh persen.

Angka itu setara dengan 14,5 juta ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Mengapa Tiongkok Melulu?

Executive Director IISIA Hidayat Triseputro menyatakan, tantangan terbesar industri baja tanah air saat ini adalah derasnya impor dengan harga yang cenderung tidak wajar.

Selain itu, engendalian impor juga belum optimal. Menurut dia, impor melaju deras karena harga baja Tiongkok memang jauh lebih murah.

BACA JUGA: Tiongkok Siap Resmikan Jembatan di Atas Laut China Selatan

Sebab, Tiongkok merupakan produsen baja terbesar dunia dengan biaya produksi yang ditopang pemerintah.

’’Nah, untuk bisa mencapai target pertumbuhan baja dalam negeri, utilisasi kapasitas nasional harus dioptimalkan. Sebab, sebenarnya utilisasi kapasitas industri baja kita saat ini masih stagnan. Yaitu, 50–60 persen,’’ ungkap Hidayat, Senin (2/4).

BACA JUGA: Stasiun Luar Angkasa Milik Tiongkok Jatuh ke Bumi Pagi Ini

Dia menuturkan, utilitas kapasitas pabrikan baja dalam negeri hanya bisa optimal ketika impor dapat terkontrol dengan baik.

’’Sebab, produksi tidak akan bisa berjalan maksimal selama masih terhambat produk impor yang terus membanjiri pasar domestik,’’ ujar Hidayat.

Dari total kebutuhan baja yang diprediksi 14,5 juta ton, besaran impornya sekitar 55 persen.

’’Di antara 55 persen tersebut, jenis yang sudah bisa diproduksi lokal hanya 30 persen. Sisanya belum bisa diproduksi di sini,’’ jelas Hidayat. (car/c14/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perangi Kemiskinan, Bank Tiongkok Siapkan Dana Rp 875 T


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler