JAKARTA – Setelah sempat terpuruk, industri bahan bangunan diprediksi akan tumbuh seiring bergairahnya pembangunan infrastruktur. Salah satu faktor pendukungnya adalah pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 5.000 triliun untuk pembangunan infrastruktur dalam tiga tahun ke depan,.
"Anggaran Rp 5.000 triliun itu sangat besar kalau bisa semuanya diserap industri bahan bangunan dalam negeri," kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Harjanto kemarin (17/3).
Harjanto mengimbau industri bahan bangunan domestik tidak sekadar menjadi penonton tanpa bisa menikmati kue anggaran infrastruktur. "Pertimbangkan untuk meningkatkan produksi karena permintaan dalam negeri meningkat. Jangan sampai kehilangan momen," sarannya.
Selain konstruksi, peluang juga terbuka di sektor properti. Hal tersebut berkaitan dengan upaya pemerintah mengurangi defisit pasokan rumah (backlog) yang sangat tinggi. "Bagi industri bahan bangunan seperti semen, cat, keramik, dan baja ringan, ini peluang yang sangat bagus," jelasnya.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengakui bahwa tahun lalu sangat berat bagi industri. Penurunan permintaan domestik mencapai 30 persen.
Padahal, selama ini 85 persen produksi industri bahan bangunan diserap pasar dalam negeri. "Awal tahun ini pasar mulai bangkit, proyek properti kembali dibangun," terangnya.
Asia Manager Solahart James Brown menilai, pasar Indonesia masih sangat besar. Apalagi, perkembangan sektor properti yang sangat cepat ditunjang daya beli masyarakat yang cukup tinggi. "Banyak bermunculan perumahan baru untuk keluarga kecil, apartemen, hotel, dan penginapan," kata dia. (wir/c10/noe/pda)
BACA JUGA: Izin Pembangunan Kereta Cepat Sudah Terbit
BACA ARTIKEL LAINNYA... Desak Pembentukan Komisioner Perbankan Syariah di OJK
Redaktur : Tim Redaksi