Informasi Penting dari Istana Soal Harga Gas Subsidi dan BBM Pertalite, Simak

Rabu, 23 Maret 2022 – 18:43 WIB
Arsip - Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan S. Sulendrakusuma. (ANTARA/HO-Kantor Staf Presiden)

jpnn.com, JAKARTA - Istana menyampaikan informasi penting soal harga gas subsidi dan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite.

Menurut Deputi III Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Panutan S. Sulendrakusuma, pemerintah tidak akan menaikkan harga kedua jenis kebutuhan masyarakat tersebut.

BACA JUGA: Alhamdulillah, DPR Setujui Tambahan Volume Subsidi Gas Melon TA 2022

Panutan mengatakannya menyikapi dampak ekonomi dari konflik militer antara Rusia dan Ukraina, yang di antaranya dapat memicu kenaikan inflasi.

“Dampak yang besar (di Indonesia) akan terlihat dari biaya yang dikeluarkan dari pemenuhan impor bahan bakar minyak yang 40 persen kebutuhan masih mengandalkan impor,” ujar Panutan melalui keterangan tertulisnya, Rabu (23/3).

BACA JUGA: 2 Pengendara Selamat, Mobil Rusak Parah Tertabrak Kereta Api

Panutan terlebih dahulu menyatakan kenaikan harga energi akan mempengaruhi biaya logistik dan memicu kenaikan harga komoditas yang diimpor, seperti gandum, kedelai, jagung dan sapi.

Hal itu tentu saja berpengaruh pada biaya industri makanan, restoran dan pelaku katering.

BACA JUGA: Janggal, Belum Ada Penumpang dari Pesawat China Eastern Airlines yang Ditemukan

“Ini berpotensi menyebabkan kenaikan laju inflasi,” ucapnya.

Karena itu, pemerintah akan menerapkan langkah-langkah antisipasi jika konflik Rusia dan Ukraina berkelanjutan.

Beberapa upaya untuk mengurangi dampak ekonomi itu antara lain, pemerintah tidak menaikkan harga gas subsidi bagi rakyat kecil dan tidak menaikkan harga BBM Pertalite.

Sejauh ini, kata Panutan, hubungan perdagangan dan investasi Indonesia ke Rusia dan Ukraina relatif rendah.

Dia memaparkan nilai neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia sebesar USD 239,79 juta.

Sementara dengan Ukraina, nilai perdagangan Indonesia minus USD 623,89 juta.

“Konflik Rusia dan Ukraina tidak berdampak langsung pada perekonomian Indonesia."

"Hal ini sejalan dengan sedikitnya hubungan dagang Indonesia dengan dua negara yang sedang berkonflik tersebut,” ujarnya

Secara umum, Panutan berpendapat, konflik Rusia dan Ukraina dapat memberikan dampak besar untuk ekonomi global, yakni berupa kenaikan harga produk energi, pertanian dan manufaktur.

Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan memenuhi 11 persen dari kebutuhan minyak global.

Selain itu, Rusia juga produsen gas terbesar dan produsen batu bara ke enam terbesar di dunia.

Perang akan menyebabkan melambungnya harga minyak dunia, gas dan batu bara."

"Harga minyak untuk jenis Brent sudah mencapai 101,68 dolar AS per barel,” kata Panutan.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler