Infrastruktur Butuh Rp 77 Triliun

Senin, 13 Maret 2017 – 02:53 WIB
Ilustrasi. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, SAMARINDA - jpnn.com - Ketua Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah, Universitas Mulawarman (Unmul) Aji Sofyan Effendi menilai, hambatan investasi paling utama di Kalimantan Timur adalah belum terpenuhinya penyediaan infrastruktur dasar.

Antara lain, listrik, air, dan akses jalan di tengah maupun pinggir kota.

BACA JUGA: Dewan Minta Flyover dan Underpass Diperbanyak

“Listrik di Kaltim, pada beberapa daerah masih ada yang belum mendapat pelayanan 24 jam. Hal ini merugikan Kaltim sendiri bila tidak segera dipenuhi. Ini pula yang menjadi alasan kenapa investasi di kota selalu terlihat lebih besar ketimbang daerah seperti pedalaman Kukar maupun Mahulu,” ungkapnya.

Sofyan mengatakan, kepala daerah harus sigap menangkap permasalahan tersebut.

BACA JUGA: Oh Jembatan Mbak Puan, Kondisimu Kini

Tiga infrastruktur dasar itu merupakan kunci yang dapat menimbulkan pesatnya pertumbuhan suatu daerah.

Masalah lainnya, lanjut dia, yakni persoalan hak wilayah, lahan, dan perizinan.

BACA JUGA: Dorong Pengusaha Angkutan Barang Beralih ke Kapal

Hal tersebut, menurut Sofyan, harusnya sederhana asal rencana tata ruang wilayah (RTRW) oleh pemerintah telah dibuat untuk mengaturnya.

Namun, hal itu memang masih terkendala oleh persoalan status lahan yang diatur pemerintah pusat.

“Mestinya diserahkan saja ke pemerintah daerah (status dan pengaturannya). Sebab, pemerintah daerah yang lebih tahu,” ucapnya.

Berdasar analisisnya, dibutuhkan biaya hingga sekitar Rp 77,7 triliun bagi Kaltim untuk menurunkan nilai incremental capital outflow ratio (ICOR) daerah yang kini berada di kisaran tiga persen.

Persentase ICOR itu adalah rasio modal yang harus ditambah untuk mencapai peningkatan ekonomi.

“Biaya Rp 77,7 triliun itu adalah nilai yang diperlukan untuk menurunkan besaran ICOR Kaltim agar menjadi maksimal dua persen. Nilai modal itu bisa dialokasikan lewat perbaikan infrastruktur dasar, dari kematangan penyediaan jaringan listrik, pemerataan akses jalanan, hingga penyediaan air minum bersih di daerah,” imbuhnya.

Sofyan mengatakan, tidak meratanya pemenuhan infrastruktur dasar di Kaltim tersebut yang membuat nilai ICOR menjadi tinggi.

Jadi, diperlukan investasi besar di Kaltim. Tentu, tidak perlu batu bara lagi yang dijadikan penopang ekonomi.

Sektor lain seperti pertanian merupakan komoditas yang memiliki potensi besar bila digarap maksimal. (mon/lhl/man/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggaran Infrastruktur Dari APBD Rerata Baru Sebegini


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler