Inggris Kucurkan USD 80 Juta

Bantu Tangani Kerusakan Hutan

Kamis, 16 Februari 2012 – 08:59 WIB
JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menerima kunjungan Menteri Pembangunan Internasional Inggris Andrew Mitchell di kantornya kemarin (15/2).

Selain membahas kerjasama ekonomi, pada pertemuan itu kedua menteri mendiskusikan berbagai isu terkait perubahan iklim. Bahkan, Kerajaan Inggris mengucurkan dana sebesar USD 80 juta untuk membantu penanganan kerusakan hutan di Indonesia. ”Total bantuan yang diberikan USD 80 juta setara 50 juta poundsterling untuk empat tahun ke depan menghadapi perubahan iklim dan kerusakan hutan,” ungkap Mitchell usai pertemuan itu.

Dia menyatakan kesiapan negaranya memberikan bantuan teknis dalam mengurangi deforestasi serta emisi karbon di Indonesia. Sebelum ke Jakarta, Mitchell berkunjung ke Balikpapan, Kalimantan Timur untuk mempelajari secara dekat ancaman-ancaman kerusakan hutan di Indonesia. Ia juga dijadwalkan berkunjung ke salah satu produsen kayu pertama dengan sertifikasi hukum di bawah program yang didukung pemerintah Inggris.

Kedua negara juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang lain seperti perdagangan. "Saya sudah sering berkunjung ke Indonesia dalam 30 tahun terakhir. Tapi inilah kunjungan pertama saya setelah jadi menteri. Saya sangat mengapresiasi kemajuan yang dicapai Indonesia. Tujuan saya ke Indonesia untuk semakin meningkatkan kemitraan dengan Indonesia," ucapnya.

Hatta Rajasa mengatakan, Inggris merupakan mitra utama dan negara sahabat bagi Indonesia. Hubungan kedua negara semakin meningkat, terutama di bidang ekonomi kendati situasi ekonomi Eropa kurang begitu baik.

Sementara itu, komitmen pemerintah untuk bekerjasama dengan masyarakat internasional sesuai dengan persetujuan Cancun yang dicapai pada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim. ”Kami sepakat pentingnya hubungan kerjasama kedua negara tidak hanya bidang global climate change, kehutanan, mengurangi emisi karbon, tetapi juga penting Indonesia dan Inggris meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi,” ujar Hatta.

Saat ini, Indonesia bersama Uni Eropa, termasuk Inggris tengah menjajaki perdagangan bebas komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA).

Di sisi lain, pemerintah juga tengah membahas perekonomian dunia yang berimplikasi terhadap perekonomian domestik. Tingginya ketidakpastian ekonomi global kemungkinan mengubah target pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Namun demikian, Hatta menyampaikan, masih terbuka ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 6,7 persen. ”Ada pembahasan mencermati perkembangan global. Bank Dunia juga mengkoreksi pertumbuhan dari 4 persen menjadi 3,4 persen. Ini memang kita cermati, tapi tentu tidak terlalu terburu-buru,” katanya.

Dia menekankan, jika pemerintah betul-betul disiplin mengalokasikan belanja nasional yang mencapai Rp 1.400 triliun, pihaknya optimistis target pertumbuhan ekonomi bakal bisa diraih. Apalagi saat ini investasi dalam negeri cukup kuat. Ada negara-negara tertentu yang tidak memberikan suatu prospek bagus pada investasi, dimana itu bakal ditaruh ke negara-negara yang memiliki prospek bagus terhadap investasi, termasuk Indonesia. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukit Asam Bidik Produksi 12,2 Juta Ton

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler