Inggris Mulai Teliti Penyebab Bibir Sumbing

Rabu, 28 Maret 2012 – 14:52 WIB
LIVERPOOL - Pemerintah Inggris memulai penelitian secara menyeluruh penyebab kelainan bibir sumbing dan celah langit-langit. Kelainan kongenital berupa bibir sumbing dan celah langit-langit itu terjadi pada 1.200 bayi yang lahir setiap tahun di negara Ratu Elezabeth itu. Ironisnya, sampai saat ini belum ada kesimpulan dari hasil penelitian medis yang bisa diketahui secara klinis.

Pemerintah menyiapkan dana sekitar 11 juta Poundsterling atau sekitar Rp159 miliar. Karena itu, para orang tua bayi yang menderita kalainan bibir sumbing dan celah langit-langit. Para responden nantinya akan didata berdasarkan DNA serta akan dijabarkan sabab-musabab mengapa kelainan itu bisa terjadi.

Saat ini, sekitar 3.000 anak sudah dinyatakan bersedia menjadi relawan. Kepada mereka, para peneliti berharap bisa memberikan pengobatan yang terbaik, termasuk rencana operasi bibir sumbing.

Berdasarkan penelitian, belahan pada bibir ini sudah berlangsung sejak di dalam rahim. Di mana ditandai dengan tidak menyatunya wilayah terpisah di bagian wajah yang tidak mau bergabung menjadi wajah.

Untuk mendukung proyek ini, universitas kenamaan di Inggris, Bristol University dan Liverpool University bekerjasma dengan Puat Uji Klinis yang berbasis di University of Manchester, bekerja keras untuk melakukan penelitian itu. 

Prof Jonathan Sandy, peneliti utama di Bank Gen Bristol menyebutkan bahwa anak-anak lahir dengan bibir sumbing sering menghadapi masalah bicara dan bahasa, kesulitan pendidikan dan masalah kesehatan yang lebih luas.

"Kami tidak tahu apakah masalah ini disebabkan oleh gen yang mungkin bertanggung jawab untuk sumbing atau oleh faktor lain, seperti gaya hidup atau faktor 'lingkungan'. Studi ini akan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dan juga memecahkan misteri akhir dari apa yang penyebab sumbing.

Para ahli juga akan melihat apakah dukungan praktis dan emosional keluarga juga diperlukan.

Prof Nichola Rumsey dari Bristol University menambahkan ketika orang tua memiliki bayi dengan sumbing, biasanya mempertanyakan nasib mereka. "Mengapa ini terjadi pada kami?" Mereka juga ingin tahu apakah bayi mereka akan baik-baik saja saat mereka tumbuh dewasa. Fokus kami adalah untuk mengumpulkan data psikologis dari orang tua pada pengalaman mereka setelah di diagnosis," pungkasnya.(BBC/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Alam, Jangan Basmi Tomcat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler