Inggris Raya Diambang Perpecahan, PM Boris Johnson Ambil Tindakan Cepat

Kamis, 28 Januari 2021 – 10:58 WIB
PM Inggris Boris Johnson. Foto: diambil dari The Sun

jpnn.com, INGGRIS - Makin tingginya dukungan atas upaya referendum kemerdekaan Skotlandia dari Inggris Raya, mendorong Perdana Menteri Boris Johnson mengambil langkah strategis.

Boris dijadwalkan bersiap mengunjungi Skotlandia untuk kembali menekankan tentang pentingnya menjadi bagian dari Inggris di tengah pandemi saat ini.

BACA JUGA: Mau Kasih Pakan Ikan, Ihsan Lihat Jilbab Terlilit Kincir Air, Geger!

Ikatan yang menyatukan Inggris Raya telah sangat renggang selama lima tahun terakhir akibat pemisahan Inggris dari Uni Eropa (Brexit), cara penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah, dan seruan berulang kali oleh Partai Nasional Skotlandia agar referendum baru diselenggarakan tentang kemerdekaan.

Menjelang kunjungannya, Johnson mengatakan Skotlandia sebagai bagian dari Inggris memperoleh akses ke vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, dan vaksin-vaksin itu dikelola oleh angkatan bersenjata bersama mereka, yang menciptakan 80 pusat vaksinasi baru di Skotlandia.

BACA JUGA: Republik Islam Iran Haramkan Vaksin Amerika dan Inggris, Akhirnya Beli dari Negara Ini

"Kami telah bersatu untuk mengalahkan virus. Kerja sama timbal balik di seluruh Inggris selama pandemi ini persis seperti yang diharapkan masyarakat Skotlandia dan itulah yang menjadi fokus saya," kata Johnson.

Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon pada Rabu (27/1) mengkritik rencana perjalanan Johnson ke Skotlandia.

BACA JUGA: Kondisi Terkini PM Inggris Boris Johnson, Ratu Elizabeth Jadi Kepikiran

Sturgeon mempertanyakan apakah alasan kunjungan Johnson "benar-benar penting" dan berpendapat bahwa langkah itu memberikan contoh yang buruk bagi publik.

Sturgeon yang menjalankan pemerintahan semiotonom Skotlandia, berharap kekuatan Partai Nasional Skotlandia pimpinannya pada pemilihan parlemen yang dilimpahkan di negara itu pada Mei akan memberinya mandat untuk mengadakan referendum kedua.

Jika Skotlandia memilih untuk merdeka, itu berarti Inggris Raya akan kehilangan sekitar sepertiga dari daratannya dan hampir sepersepuluh populasinya dan saat negara ekonomi terbesar keenam di dunia itu bergulat dengan dampak Brexit.

Johnson yang mungkin harus menyetujui referendum baru mengatakan, tidak perlu ada pemungutan suara baru setelah kemerdekaan itu sendiri ditolak oleh para pemilih di Skotlandia pada 2014.

Skotlandia dalam referendum tahun 2014 memilih menentang kemerdekaan dengan persentase 55 berbanding 45 persen.

Namun, mayoritas orang Skotlandia juga mendukung Inggris untuk tetap bergabung dalam Uni Eropa pada pemungutan suara Brexit 2016.

Keadaan itu memicu para nasionalis Skotlandia menuntut penyelenggaraan pemungutan suara baru untuk kemerdekaan, setelah Inggris Raya secara keseluruhan memilih untuk keluar dari Uni Eropa. (reuters/ant/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler