Ingin jadi Penghibur, Selalu Jaga Penampilan

Minggu, 21 April 2013 – 03:46 WIB
Warga bergerumun saat Ibu RT, EM di sidang adat. Foto: Rakyat Bengkulu/JPNN
KASUS pencabulan yang dilakukan Ibu RT 16 RW 3 Perumahan Korpri Kelurahan Bentiring, Kota Bengkulu, EM (40) saat ini masih menjadi perbincangan hangat.  Tidak hanya di Kota Bengkulu saja, namun juga warga dari luar Kota. Kawasan Perumahan Korpri tiba-tiba menjadi terkenal lantaran kasus EM. Banyak cerita di balik terungkapnya kasus pencabulan ini.

FAZLUR RAHMAN,  BENGKULU
==========================

Rumah berpagar besi cat warna biru itu tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda aktivitas di sana. Kediaman yang dulunya selalu ramai ditempati anak-anak remaja sudah tak berpenghuni. Dari luar, tampak pintunya tertutup rapat.

Bangunan tempat tinggal itu adalah milik EM, yang kini menjadi tersangka kasus pencabulan terhadap delapan bocah laki-laki. Sejak kasusnya ditangani penyidik Polres Kota Bengkulu, rumah yang nyaris menjadi amukan warga itu sudah tak berpenghuni.

MI, suami EM yang menjadi kepala RT 16 sudah pindah. MI yang menderita penyakit diabetes mengungsi ke rumah kerabatnya di Jalan Gelatik Kelurahan Cempaka Permai, Kota Bengkulu.

EM menikah dengan MI saat duduk di SMP. Kala itu umurnya baru 14 tahun. Dari buah cintanya, pasangan suami istri itu sudah dikarunia empat anak, satu laki-laki dan 3 orang perempuan.

Anak tertuanya adalah  laki-laki berinisal BY (23) yang kini masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bengkulu. Sama dengan ibunya, BY juga sudah menikah di usia muda. Dia menikahi RI yang berumur 19 tahun. Saat ini, BY hidup terpisah dengan kedua orang tuanya. Memilih tinggal bersama istrinya di Pekik Nyaring, Kecamatan Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah.

Sedangkan tiga anaknya, SI (15) tahun dan CA dan CI, anak kembar masing-masing berumur tahun tinggal bersama di Bentiring.

Di mata tetangganya, EM memang dikenal sering mengaku ingin menjadi penghibur. Sehingga, warga pun tak begitu aneh dengan kehidupan EM yang terlihat tampil lebih glamour. Apalagi sampai memikirkan kalau di antara anak mereka akan menjadi korban seksual.

“Dia itu sering mengatakan ingin jadi entertainment, jadi harus selalu menjaga penampilan,” tutur salah seorang tetangga EM yang minta identitasnya tidak dipublikasikan kepada Rakyat Bengkulu (Jawa Pos Group).

Walau menyandang sebagai istri Ketua RT, namun Em jarang aktif berkumpul dengan warga sekitar. Sikapnya yang jarang bergaul dengan warga ini membuat tetangganya maupun warga di RT 16 tidak begitu mengetahui pekerjaan Em.

Sebelum peristiwa pencabulan ini terungkap, warga setempat sama sekali tak menyangka kalau Em akan melakukan pencabulan itu. “Memang di rumah Em itu sering anak-anak muda kumpul-kumpul, ada juga yang main gitar. Tapi kami sama sekali tak mengira ada kejadian seperti itu,” kata warga lainnya.

Sementara itu, setelah mendengar pengakuan dari salah satu korban korban pencabulan DM (17), dua hari sebelum dilakukannya musyawarah RW, IRT di komplek Perumahan Korpri ini mulai cemas.

Ibu-ibu kini terus memantau anak-anak mereka. “Iya setelah itu kami sempat was-was, makanya anak saya larang keluar," katanya.

Rasa penasaran warga lainnya terhadap rumah milik EM juga masih terus berlanjut. Pantauan Rakyat Bengkulu, selama dua hari ini sedikitnya ada 7 motor yang melintasi rumah EM hanya untuk sekadar tahu rumah yang diduga sempat menjadi tempat pencabulan itu.

Salah seorang di antaranya menggunakan motor Honda Mega Pro. Pengendara pria yang membonceng perempuan terlihat melintas di depan rumah EM selanjutnya berputar arah kembali. Mereka membicarakan kasus dugaan pencabulan itu sembari menunjuk-nunjuk ke arah rumah EM. (fiz/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasan Ahmad, Anggota DPRD Sampang yang Kawin Kilat dengan 9 ABG

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler