Sejumlah peneliti di Australia menemukan cara untuk mengurangi berat badan adalah dengan membuang karbondioksida sebanyak mungkin. Tapi apakah ini artinya harus bernafas lebih cepat dan lebih sering agar bisa mengurangi lemak?
Temuan yang dimuat di British Medical Journal, sepertinya menjawab pertanyaan ratusa tahun" kemanakah lemak pergi saat kita mengurangi berat badan?
BACA JUGA: Kapal AS Ikut Bantu Cari AirAsia QZ8501
"Sebagai ahli fisika, yang saya tahu lemak memang tidak menjadi energi panas, seperti yang dipercaya kebanyakan orang," ujar Ruben Meerman, salah satu peneliti yang ikut terlibat dalam studi soal berat badan.
Ia kembali melihat lemak dari sudut pandang biokimia, dan menemukan bahwa formula kimiawi lemak adalah campuran dari karbon, hidrogen, dan oksigen, seperti yang sudah diketahui sejak tahun 1960.
BACA JUGA: Mahasiswa Indonesia di Monash Salah Satu Penumpang Air Asia 8501
Tetapi, belum ada yang menghitung secara pasti apa yang terjadi dengan atom-atom saat lemak tersebut dibakar dalam proses tubuh.
"Kita tahu semua karbon akan menjadi karbondioksida, kemudian hidrogen menjadi air, tetapi tidak jelas apa yang terjadi pada atom oksigen dalam molekul tersebut," kata Meerman.
BACA JUGA: AirAsia QZ8501 Belum Ditemukan, Temuan Sinyal Darurat Bukan dari ALT Pesawat
Setelah empat bulan meneliti, Meerman dan Profesor Andrew Brown dari University of New South Wales menemukan apa yang dicari-carinya selama ini, lewat sebuah artikel dalam jurnal yang dimuat di tahun 1949.
Disebutkan bahwa atom oksigen terbagi menjadi karbondioksida dan air dengan rasio 2 berbanding satu. Jadi empat atom oksigen yang dihembuskan, dua diekskresikan dalam cairan tubuh, seperti keringat, air mata, dan urin.
Dari sini para peneliti mendapatkan angka 84 persen dari atom yang membentuk molekul lemak dihembuskan menjadi karbondioksida, dan sisa 16 persen hilang lewat kandungan air.
Mereka juga menganalisa dari setiap 10 kilogram lemak yang 'hilang', tubuh sebenarnya membutuhkan tambahan 29 kilogram oksigen. Artinya butuh 28 kilogram karbondioksida dan 11 kilogram air yang dikeluarkan.
Temuan ini menjawab pertanyaan fundamental soal proses biokimia dari penurunan berat badan, tetapi bukan berarti bernafas lebih kencang bisa mengurangi lemak dengan cepat.
"Jika hanya duduk dan mulai bernafas dari yang dibutuhkan, malah menyebabkah hiperventilasi dan jari jemari mulai gemetar dan jantung berdebar. Kalau terus melakukan hingga lama akan menyebabkan pingsan," ujar Meerman.
"Bernafas cepat memang dibutuhkan, tetapi harus dilakukan saat tubuh harus mengeluarkan karbondioksida, misalnya saat berolahraga," tambahnya.
Jumlah karbondioksida yang terbuang saat bernafas biasa, biasanya sekitar 200 gram untuk mereka yang memiliki berat badan 70 kilogram. Jumlah ini bisa ditambah, jika melakukan aktivitas fisik.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Burung Pun Butuh Kawat Gigi