jpnn.com - Saat sedang hamil, tentunya sang ibu ingin memiliki kesehatan yang optimal agar janin dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Tapi, hati-hati! Ada sindrom langka pada ibu hamil yang perlu Anda waspadai.
Di antara berbagai sindrom langka tersebut, ada pula yang juga mengancam nyawa sang ibu. Yuk, kenali sindrom langka yang bisa terjadi pada ibu hamil agar tidak terlambat penanganannya.
BACA JUGA: Ibu Hamil Naik Pesawat, Perhatikan 3 Kondisi Ini
1. Mirror syndrome
Mirror syndrome cukup dikenali masyarakat karena merenggut janin kembar artis Irish Bela. Sindrom ini dikenal juga sebagai triple edema karena menyebabkan bengkak akibat penumpukan cairan pada tubuh baik bagi dua janin yang kembar dan juga bagi ibu.
BACA JUGA: 3 Panduan Aman Makan Seafood Untuk Ibu Hamil
Gejala dari mirror syndrome yaitu bengkak yang parah, tekanan darah tinggi pada ibu, kenaikan berat badan yang signifikan dalam waktu yang cepat dan adanya protein pada urine. Penyebab pasti dari mirror syndrome masih tidak diketahui karena penyakit ini sangat jarang.
Mirror syndrome berhubungan dengan kondisi fetal hydrops. Ini adalah pembengkakan pada janin akibat janin tidak dapat meregulasi cairan tubuh sehingga cairan menumpuk pada janin.
BACA JUGA: 5 Penyebab Obesitas Saat Hamil
Penumpukan dapat terjadi pada bawah kulit, perut, paru-paru atau jantung. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan fetal hydrops seperti gangguan jantung, kelainan metabolik, anemia, infeksi dan kelainan genetik.
2. Hiperemesis gravidarum
Mual dan muntah merupakan gejala normal pada kehamilan yang sering disebut sebagai morning sickness. Biasanya terjadi pada ibu hamil saat trimester pertama, yaitu minggu ke-6 dan puncaknya pada minggu ke-9. Morning sickness dapat hilang pada minggu ke-16 hingga ke-18.
Namun, jika gejala mual dan muntah sangat parah dan lebih lama sampai akhir kehamilan, gejala ini sudah dapat dikatakan sebagai hiperemesis gravidarum. Terkadang penderita juga perlu diopname di rumah sakit karena gejala yang terlalu parah, hingga menyebabkan dehidrasi dan defisiensi vitamin dan mineral.
Pada beberapa kasus, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat mengalami penurunan berat badan hingga lima persen dari berat normalnya sebelum hamil.
Penyebab pasti dari sindrom ini masih tidak diketahui. Beberapa teori menyebutkan ketidakseimbangan hormon, defisiensi vitamin B, hipertiroidim, infeksi helicobacter pylori, arus balik asam lambung (GERD), faktor psikologis dan gangguan pada metabolisme karbohidrat.
3. HELLP syndrome
Sindrom ini merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver enzyme levels, and Low Platelet levels syndrome.
Sindrom HELLP merupakan kondisi yang mengancam jiwa sang ibu dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling ditakuti. Biasanya sindrom ini terjadi pada trimester ketiga, namun juga masih dapat terjadi segera setelah persalinan.
Berbagai gejala pada sindrom HELLP yang bisa Anda kenali antara lain lemah, bengkak akibat penumpukan cairan, kenaikan berat badan berlebihan, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri pada perut kanan bagian atas atau tengah, pandangan kabur.
Pada beberapa kejadian, penderita juga ada yang sampai mimisan dan kejang. Penyebab pasti dari sindrom ini masih tidak diketahui. Namun, sindrom ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami preeklamsia dan eklamsia.
4. Selective Intrauterine Growth Restriction (sIUGR)
Selective Intrauterine Growth Restriction (sIUGR) merupakan kondisi yang terjadi pada kehamilan kembar identik. Janin kembar tersebut hanya didukung oleh satu plasenta yang dibagi. Sindrom sIUGR terjadi ketika plasenta tidak dibagi secara rata, sehingga salah satu janin menjadi malnutrisi.
Sindrom ini biasanya terjadi pada 10-15 persen kehamilan kembar identik dengan satu plasenta.
Kondisi ini biasanya ditemukan ketika sang ibu melakukan pemeriksaan rutin USG kehamilan. Ketika salah satu janin mengalami penurunan berat badan 10 persen di bawah normal, diagnosis sIUGR dapat ditegakkan.
Berbagai sindrom langka pada ibu hamil tak berbahaya bagi sang ibu saja, tapi juga bagi janin. Karena itu penting untuk mengontrol kehamilan secara rutin agar gejala sindrom bisa dikenali sejak awal oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan.(RPA/RH/klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy