jpnn.com - Berbagi obat antibiotik tidak boleh dilakukan agar tak terjadi resistensi antibiotik. Lalu bagaimana cara minum antibiotik yang benar? Apa saja aturan minum antibiotik?
Hampir semua orang pernah mengonsumsi antibiotik untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri.
BACA JUGA: 5 Cara Alami Hilangkan Efek Antibiotik dalam Tubuh
Karena fungsinya yang sangat signifikan, antibiotik bukanlah obat yang bisa dikonsumsi sembarangan.
Anda memerlukan rekomendasi dari dokter untuk mendapatkan obat antibiotik. Tak hanya itu, agar obat tersebut benar-benar memberikan manfaat yang diinginkan, penting sekali untuk mengetahui aturan minum antibiotik yang benar.
BACA JUGA: Posting-an Dewi Sandra Sepi, Netizen: Apa Cuma Gue yang Nunggu Kak Dewi Belasungkawa ke Glenn?
Anda juga sangat tidak dianjurkan untuk berbagi antibiotik dengan orang lain, sekalipun penyakit orang tersebut mirip dengan yang terjadi pada diri Anda. Hal ini dilakukan guna menghindari efek samping antibiotik seperti resistensi antibiotik.
Mengapa Antibiotik Tak Boleh Dibagi-bagi?
BACA JUGA: Turut Berduka Glenn Fredly Meninggal, Nola B3 Matikan Kolom Komentar
Dilansir dari Healthline.com, peneliti di Pusat Kesehatan Anak Cohen, New York, melaporkan bahwa 48 persen orang tua yang disurvei menyimpan sisa obat antibiotik. Lebih merisaukan lagi, 73 persen orang tua pernah memberikan antibiotik tersebut kepada anggota keluarga atau kerabat lain agar mendapatkan efek minum antibiotik yang sama.
Peneliti dari studi tersebut, Ruth Milanaik, mengatakan bahwa hasil tersebut mengkhawatirkan karena ternyata selama ini banyak orang berbagi atau pinjam-meminjam antibiotik. Kondisi ini dianggap sebagai pengalihan resep.
Faktanya, penggunaan antibiotik secara tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Hal ini membuat suatu antibiotik yang tadinya membawa manfaat, tak lagi mampu mengobati penyakit yang sama.
Tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik sebagai terapi, sebagian besar penyakit lebih sering disebabkan infeksi virus. Infeksi yang disebabkan oleh virus ini tidak membutuhkan antibiotik sebagai pilihan terapi. Antibiotik hanya diberikan untuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Waspada Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai indikasi, tidak sesuai dengan dosis, dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi antibiotik.
Kondisi ini menyebabkan tubuh kebal terhadap pengobatan antibiotik, sehingga bakteri yang seharusnya mati dengan obat antibiotik justru dapat bertahan hidup dan membuat kondisi lebih parah.
Resistensi antibiotik telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa setiap tahun, setidaknya 2 juta orang mengalami resistensi antibiotik di Amerika Serikat. Sebanyak 23 ribu jiwa di antaranya meninggal akibat kondisi tersebut.
Sementara di Indonesia, hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-study) tahun 2013 membuktikan bahwa dari 2,494 orang, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, seperti ampisilin (24%), kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%).
Apabila hal ini dibiarkan maka akan semakin meningkatkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian), karena risiko penyebaran infeksi akibat bakteri yang resisten serta biaya pengobatan yang lebih mahal.(klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy