jpnn.com, KUDUS - Pakar Geodesi dan Geomatika ITB Heri Andreas menyebutkan, wilayah pesisir di Indonesia berpotensi tenggelam. Penyebabnya, menurut dia, karena faktor antropogenik atau peran manusia.
"Faktornya yakni banyaknya pembakaran fosil, karbondioksida berlebih dan efek rumah kaca," ujarnya saat menjadi pemateri Nusantara tenggelam yang diadakan Forum Kalen bersama dengan STIBI Syeh Jangkung Pati di Rumah Makan Pukwe Kudus, Rabu (22/1).
BACA JUGA: Hiii...Potensi Jakarta Tenggelam Makin Besar
Ia mencontohkan Jakarta. Kata dia, Jakarta saat ini merupakan Ibu Kota Negara di dunia yang paling berpotensi untuk tenggelam wilayah pesisirnya.
Selain Jakarta, dia juga menyebut Kota Pekalongan. Menurut dia, Pekalongan merupakan kota di dunia yang paling berpotensi cepat hilang tenggelam ke dalam laut.
BACA JUGA: Ombak Besar, Nelayan Tewas Tenggelam
Ia mengungkapkan, suhu saat ini meningkat hingga dua derajat dan dampaknya tentu sangat luar biasa.
Ketika suhu di dunia ini selalu meningkat, katanya, akan berdampak pada cairnya es di kutub utara, sehingga ketika es mencair akan menambah volume air di laut.
BACA JUGA: Inilah Pemain Timnas U-19 Paling Bagus Kondisi Fisiknya
"Maka di dunia terjadi kenaikan muka air laut. Di Indonesia ini cukup tinggi, sekitar 1 centimeter mengalami kenaikan air laut," ujarnya.
Ketika terjadi kenaikan air laut, maka akhirnya skenario es mencair di wilayah pesisir akan berpotensi tergenang, bahkan bisa tenggelam.
Dampak tersebut, kata dia, bisa dilihat saat ini, seperti di Jakarta, Semarang, Pekalongan, Demak, dan wilayah lain.
Bahkan ada sebanyak 32 kota mengalami penurunan tanah atau ambles dengan laju 1-20 cm per tahunnya. "Dampaknya banyak peristiwa rob ditemui di mana-mana," ujarnya.
Meskipun ada upaya pembuatan tanggul, tetapi rob tetap terjadi karena permukaan air mengalami kenaikan, sedangkan permukaan tanah mengalami penurunan akibat air tanah yang sering digunakan oleh manusia.
Untuk mencegah terjadinya nusantara tenggelam, kata dia, tidak hanya tergantung kepada pemerintah saja, melainkan harus dari diri sendiri dan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam ini.
Menurut dia, jika peristiwa itu terjadi maka konsekuensi secara ekonominya sangat besar atau bisa mencapai Rp 1.000 triliun. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan