jpnn.com - SELAT KARIMATA - Target pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 sebelum pukul 12.00 WIB kemarin (9/1) gagal tercapai. Di tengah gagalnya operasi tersebut, tim mendapatkan sinyal Underwater Locator Beacon yang lokasinya terpisah dari posisi ekor pesawat.
Operasi hari ke-13 yang dipimpin langsung Panglima TNI Jenderal Moeldoko dimulai sejak pagi. Sejak pagi tim penyelam mulai coba membenamkan floating bag ke objek yang merupakan bagian dari ekor.
BACA JUGA: Jokowi Harus Tegur Menteri yang Berebut Dana Desa
Crane towing dari kapal Crest Onyx yang lego di utara KRI Banda Aceh juga telah siaga membantu proses pengangkatan ekor.
Berdasar hasil penyelaman Serma Mar Boflen Sirait dan Serka Mar Oo Sudarmo sejak pukul 06.15, mereka tidak menemukan ruangan tempat blackbox tersimpan di lambung kanan belakang (ekor kanan). "Saya meyakini kondisi ruang di bawah sayap ekor pesawat tidak utuh," ungkap Oo kepada Moeldoko di geladak isyarat KRI Banda Aceh.
BACA JUGA: Update Korban AirAsia QZ8501, Ini Identitas 48 Jenazah
Mereka menyelam 62 menit dengan attendant Lettu Mar Huda Prawira dan cadangan KLS Tlg M.Barori. Itu merupakan penyelaman terlama dalam operasi SAR AirAsia.
Kondisi dasar laut yang keruh membuat penyelaman kurang leluasa dalam mengobservasi untuk pengangkatan ekor. Dari gambaran sketsa yang Oo buat, bodi belakang pesawat tersisa antara 7-9 meter.
BACA JUGA: 3 Cerita Mistis Proses Evakuasi Korban AirAsia QZ8501
Lambung kiri belakang menyisakan masing-masing empat jendela di lambung kiri dan kanan. Tidak terlihat kursi penumpang maupun interior utuh. Boflen berupaya mencari objek berwarna oranye di ruang bawah ekor pesawat.
Menyelam selama 62 menit di kedalaman 34 meter yang keruh menyulitkan penyelam. "Kami bisa menghemat oksigen dua tabung. Idealnya tidak lebih dari 45 menit," timpal Boflen. (sep/gun/mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus Golkar Harap Budi Gunawan Bisa Angkat Citra Kepolisian
Redaktur : Tim Redaksi