jpnn.com, JAKARTA - Ketua KONVO, Hokkop mengulas tentang rokok elektrik. Secara umum rokok elektrik terdiri dari dua gaya dan aplikasi yang berbeda, yakni pod dan mod.
Tidak hanya terlihat berbeda dari besarannya saja, pod yang lebih kecil dan lebih nyaman, tetapi ada perbedaan penting lainnya, yang harus dipertimbangkan saat memutuskan untuk membeli.
BACA JUGA: Ria Ricis Murka Baca Surat dari Wanita di Masa Lalu Suami, Teuku Ryan Merespons Begini
“Pilihan yang ada di pasaran terkadang bisa tampak sedikit berlebihan. Karena jumlah perangkatnya yang beragam, perbedaan antara pod dan mod terutama akan turun ke beberapa faktor, ada ukuran, kekuatan baterai, keterjangkauan harga, dan e-liquid,” kata Hokkop.
Mod seperti namanya, perangkat yang dapat dimodifikasi atau modifiable (disingkat menjadi mod).
BACA JUGA: 3 Langkah Jitu Untuk Generasi Milenial Agar Tetap Aman Penuhi Kebutuhan & Mengatur Keuangan
Mod menggunakan teknologi sub-ohm untuk memberi vapers lebih banyak daya dan menghasilkan lebih banyak uap.
Perangkat ini memungkinkan vapers untuk memodifikasi bagian alat penguap yang dapat dipindahkan seperti kumparan dan sumbu, yang mengubah mekanika dan ketahanan daya.
BACA JUGA: Flavour Beast Project Hadirkan Cairan Vape Aroma Kue Semprong
Dengan melakukan ini, vapers bisa bermain dengan kekuatan dan suhu alat penguap, yang pada bisa membantu meningkatkan rasa dan ukuran awan uap.
Mod dan pod sama-sama memiliki tangki untuk menyimpan e-liquid, namun banyak pengguna mod mencampur campuran e-liquid mereka sendiri agar sesuai dengan selera mereka.
E-liquid yang digunakan pada mod biasanya nikotin freebase serta cairan PG dan atau VG.
PG dikenal untuk meningkatkan rasa dan konsistensi, sementara VG yang lebih tebal akan meningkatkan kepadatan uap yang dihasilkan.
“Oleh karena itu, pengguna mod dapat bermain dengan rasio PG dan VG untuk menemukan rasa dan sensasi vape yang unik. Kemampuan menyesuaikan pengaturan mod tersebut menjadikan mod perangkat yang ideal bagi mereka yang ingin bermain dengan pengalaman vaping mereka," jelas Hokkop.
Kelemahan mod adalah ukuran, kepraktisan dan keterjangkauan biayanya. Karena mod memiliki berbagai bagian yang dapat diatur sesuai selera dan pilihan e-liquid, idealnya membutuhkan satu kotak khusus berisikan peralatan untuk mengganti koil, batre, kapas, dan lain-lain.
Sementara Pod, tidak seperti mod, tidak dibuat untuk memproduksi uap yang seperti awan.
Pod menggunakan jenis teknologi sub-ohm yang sama dengan mod untuk membuat uap, meskipun dengan daya dan suhu yang lebih rendah.
Dari segi bentuk pun, pod biasanya berbentuk lebih ramping dan memiliki banyak pilihan yang penuh gaya.
“Hadirnya pod sangat ideal bagi mereka yang mencari vape berkualitas, bebas repot, dan nyaman bagi mereka yang memiliki gaya hidup on-the-go,” terang dia.
Bagi yang lebih memilih pod pun perlu mempertimbangkan sistem yang dimiliki pod yaitu open dan closed system.
Open sistem artinya vapers dapat mengotak-atik coil, cartridge dan liquidnya sesuka hati, e-liquid yang digunakan juga harus berbahan salt nic yang dimasukkan secara manual oleh vapers ke dalam tangki.
Sementara closed system sebaliknya, pod yang liquid, cartridge dan coilnya hanya diproduksi oleh pemilik brand masing-masing. Sebagai contoh, RELX dan NCIG.
“Pilihan mod atau pod dengan open maupun closed system, sebetulnya kembali lagi ke referensi vapers masing-masing. Asalkan produk yang dipilih merupakan produk asli, bukan barang ilegal dan jelas isi kandungannya. Jika memang tidak mau terlalu pusing memilih dan vapers adalah tipe orang yang praktis, pod dengan closed system adalah pilihan paling tepat,” seru Hokkop.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada