jpnn.com - JAKARTA - Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti memerkirakan molornya pengumuman nama-nama menteri kabinet pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, karena tidak mudah memastikan seseorang duduk di posisi yang tepat dan memilih nama berdasarkan masukan dari berbagai pihak.
Menurut Ray, setidaknya ada enam sumber yang mesti diperhatikan Jokowi untuk memilih para pembantunya hingga lima tahun ke depan. Yaitu tim transisi yang sejak awal memosisikan diri sebagai tim pemasok informasi kepada Jokowi. Kemudian PDI Perjuangan, khususnya masukan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: Menantu Hendropriyono Resmi jadi Danpaspampres
"Masukan dari partai-partai koalisi pendukung Jokowi-JK juga cukup penting, karena mereka tentu saja akan mendorong kader-kader terbaiknya dan masukan dari masyarakat umum," katanya di Jakarta, Rabu (22/10).
Masukan lain bagi Jokowi, kata Ray, juga setidaknya memerhatikan usulan atau pertimbangan Jusuf Kalla. Kemudian masukan dari institusi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), khususnya terkait data-data kekayaan calon menteri.
BACA JUGA: Hari Ini Pengumuman Kabinet, Jokowi: Bisa Sore, Bisa Siang
"Enam sumber ini belum disertai keinginan dan pertimbangan Jokowi sendiri. Jadi dapat disebut ada tujuh sumber. Jadi ada banyak nama yang disodorkan. Khususnya pada posisi kementerian strategis, yang berkaitan dengan ekonomi dan berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat," katanya.
Banyaknya sumber yang mengajukan kandidat menteri bagi Jokowi, kata Ray, mengakibatkan berbagai kepentingan timpa menimpa. Parpol-parpol, kelompok-kelompok kepentingan, atau bahkan individu-individu, saling lipat melipat.
BACA JUGA: KPK Ditantang Segera jadikan Camen yang Merah Tersangka
"Inilah kenapa dalam dua hari ini pengumuman susunan kabinet seperti mandeg, khususnya yang terkait dengan posisi menteri strategis," katanya.
Tetapi apapun, pokok soalnya menurut Ray, bukan soal cepat atau lambat nama-nama menteri diumumkan. Karena cepat belum tentu menunjukan kematangan. Sebaliknya lambat belum tentu menunjukan kegamangan.
"Bak pepatah lama, biar lambat asal selamat. Tetapi lambat yang memastikan. Bukan lambat yang gamang. Bagi masyarakat tentu tidak peduli nama-nama yang akan masuk. Selama memenuhi syarat bukan mafia, bukan agen neolib, bukan koruptor, bukan pelanggar HAM, bukan agen masa lalu (orba)," katanya.
Menurut Ray, ini saatnya Indonesia menciptakan negeri yang bebas dari mafia, agen dari kepentingan korporasi dan negara asing, para koruptor, pelanggar HAM dan keinginan untuk kembali menarik era ke zaman orba.
"Tentu dimulai dari susunan kabinet. Ini saatnya Jokowi membalas dukungan rakyat padanya," kata Ray.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesta Kesenian Tari Indonesia Terbesar Bakal Dihadiri Seniman Dunia
Redaktur : Tim Redaksi