Inikah Tahun Nico Rosberg Jadi Juara Dunia Formula 1?

Selasa, 22 Maret 2016 – 08:01 WIB
Nico Rosberg yang sukses menjuarai Grand Prix Australia. FOTO: AFP

jpnn.com - Nico Rosberg sukses menjuarai Grand Prix Australia. Statistik membuktikan, pemenang seri pembuka sangat sering berlanjut jadi juara dunia. Apakah 2016 bakal jadi tahun Rosberg?

 

BACA JUGA: Gagal Capai Finis, Jupe Beri Ucapan Untuk Rio Haryanto

Ulasan AZRUL ANANDA

------------------------------------

BACA JUGA: Update Tim Thomas dan Uber, Rian/Berry dan Linda Diganti

NICO Rosberg terus on fire. Kemenangan di Grand Prix Australia Minggu lalu (20/3) bukan sekadar kemenangan pembuka musim Formula 1 2016. Juga bukan sekadar kemenangan nomor 15 dalam karir bintang Jerman tersebut. Kalau menghitung sejak akhir musim 2015 lalu, kemenangan di Australia ini adalah yang keempat berturut- turut diraih Rosberg! 

Setelah dua musim kalah dari Lewis Hamilton dalam merebut gelar juara dunia, winning streak itu bisa dianggap pertanda bahwa pendulum telah berayun. Bahwa Rosberg makin matang, mampu mengimbangi dan mengalahkan Hamilton. Dan itu bisa berbuntut gelar juara dunia di pengujung 2016 nanti. 

BACA JUGA: Drawing Piala Thomas dan Uber: Indonesia Masuk Grup Enak

Kalau itu terwujud, Rosberg pun menjadi pembalap generasi kedua berikutnya yang mengikuti langkah ayah jadi world champion. Ayah Rosberg, Keke Rosberg, meraih prestasi tersebut pada 1982. 

Pembalap terakhir yang jadi world champion mengikuti jejak ayaha dalah Damon Hill pada 1996. Ayahnya, Graham Hill, merupakan superstar pada era 1960-an dan 1970-an. 

Mengapa kita perlu bicara Rosberg sebagai kandidat juara dunia? Karena acuannya adalah statistik. 

Sejak F1 kali pertama diselenggarakan pada 1950, 33 kali pemenang lomba pertama berlanjut menjadi world champion. Itu berarti 50 persen hit rate

Dengan mengacu ke statistik saja, peluang Rosberg jadi juara dunia 2016 sudah di angka 50 persen! 

Mampukah Rosberg melakukannya? Ketika ditanya soal winning streak dan peluang kedepan, Rosberg tidak mau berpikir terlaluj auh. Menurut dia, kemenangan pada pengujung 2015 tidak perlu lagi dihitung. 

’’Segalanya kembali dari nol. Ini musim baru, memakai mobil baru. Saya rasa segalanya kembali dari kertas kosong. Saya hanya happy bisa mengawali musim ini dengan baik. Itu saja,’’ ucapnya. 

Bagi Nico, untuk menjadi juara dunia tahun ini, selain harus mengalahkan Lewis Hamilton, juga harus terus mengawasi perkembangan Ferrari. Walau Mercedes terkesan dominan, Nico merasa persaingan akan lebih ketat dari yang dibayangkan. 

’’Kami harus mengerahkan segenap kemampuan untuk terus berada di depan. Itu sudah pasti,’’ ungkapnya.

Sementara itu, Ferrari semakin percaya diri setelah GP Australia. Sebastian Vettel dan Kimi Raikkonen mampu melakukan start yang spesial, dan untuk beberapa saat tampaknya bakal mencuri kemenangan. 

Namun, kecelakaan spektakuler yang melibatkan Fernando Alonso (McLaren-Honda) memaksa lomba dihentikan sejenak, mengubah segala strategi dan ’jalan cerita’ lomba. 

Mercedes lebih pintar, mengganti ban medium dan mencoba melaju sampai finis. Sedangkan Ferrari harus masuk pit sekali lagi. Vettel akhirnya finis ketiga. Gagal menang, tapi tetap dianggap sebagai hasil yang positif. 

Kecepatan mobil di Australia membuat Ferrari merasa punya modal baik untuk menantang Mercedes pada seri-seri selanjutnya. 

Maurizio Arrivabene, principal Ferrari, bahkan merasa Vettel bisa menang seandainya lomba tidak dihentikan. Tapi,dia tidak mau menggunakan itu sebagai alasan kalah. 

“(Hasil ini) menunjukkan bahwa kita tidak boleh menghitung jumlah ayam sebelum semuanya benar- benar menetas. Lomba ini harus menjadi pelajaran bagi kami untuk bekerja lebih keras, dengan perasaan lebih rendah hati dan dedikasi makin tinggi,’’ pungkasnya. 

Grand Prix Bahrain, seri kedua F1 2016, diselenggarakan 3 April mendatang. (*) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Legenda MU Didesak Mundur dari Valencia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler