jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman menilai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama memiliki kinerja menjanjikan dan konsisten dengan jabatannya saat ini. Ferdy menyebut mantan gubernur DKI itu berupaya membuktikan janjinya dalam memberantas mafia migas di Pertamina.
“Ahok sudah mulai melakukan sesuatu yang baru dengan cara membuka informasi penting di sektor hilir. Ahok mulai mencoba menerapkan sistem transparansi dengan cara membuka data-data terkait pengadaan bahan bakar minyak," ujar Ferdy di Jakarta, Selasa (25/2).
BACA JUGA: Ahok Masih Berpeluang Maju di Pilpres 2024, Asalkan...
Menurut Ferdy, pengadaan BBM di sektor hilir Pertamina selama ini tidak pernah transparan. Pengadaan BBM yang tak transparan itu diduga menjadi pusat permainan para mafia migas yang bekerja sama dengan oknum politikus agar Indonesia terus-menerus mengimpor BBM.
"Transparansi yang diterapkan Ahok di Pertamina ini penting agar rakyat bisa mengakses langsung apa saja produk yang dijual pertamina, siapa-siapa pemenang tender pengadaan BBM dan berapa kuota impornya setiap tahun," ucapnya.
BACA JUGA: Moeldoko Panggil Ahok, Bahas Soto hingga Harga Gas Mahal
Ferdy menduga mafia minyak selalu bermain pada proses tender pengadaan BBM. Ketika Pertamina memutuskan volume impor BBM, tuturnya, para mafia diduga mulai mencoba berkongkalikong dengan kalangan internal perusahaan pelat merah itu.
“Ini yang membuat harga minyak yang didapat Pertamina jauh lebih mahal dan berefek pada keuangan negara. Ini cara mengambil uang negara paling canggih dan sulit dilakukan orang-orang biasa. Hanya orang-orang yang memiliki akses yang bisa mengerjakan ini," katanya.
Ferdy mengatakan, dengan sistem transparansi yang diterapkan Ahok, rakyat bisa mengontrol sendiri kinerja direksi Pertamina. Demikian juga dengan kinerja anak usaha Pertamina di sektor hulu hingga hilir, menjadi mudah untuk dikontrol publik.
Selain itu, Ferdy juga melihat kerja sama Ahok dengan direksi Pertamina dalam menyelesaikan proyek kilang Tuban Petro yang akan mulai beroperasi 2025 mendatang. Proyek tersebut penting karena menjadi satu-satunya kilang yang memproduksi kondensat yang penting untuk keamanan pasokan energi nasional ke depan.
"Hanya saja, kami menganjurkan agar Ahok sebagai komisaris utama Pertamina bisa mengevaluasi kembali pembangunan kilang Pertamina dari sisi efisiensi. Jika kilang baru dibangun biayanya sangat mahal mencapai Rp 80 triliun per kilang, tentu akan membebani keuangan Pertamina sebagai korporasi,” katanya.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang