jpnn.com - PARIS -- Tim ilmuwan PBB merilis laporan ancaman terburuk dampak perubahan iklim akibat pemanasan global. Selain banjir dan kekeringan, juga bakal muncul ancaman meningkatnya konflik dan kerugian ekonomi jika pengurangan emisi karbon tidak serius dilakukan.
Sinyal tersebut terdapat dalam laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB. Badan dunia itu juga merilis rencana kebijakan dan pembicaraan tentang iklim di masa datang. Laporan lengkap tentang dampak iklim global itu bakal dipublikasi secara resmi pada 31 Maret mendatang.
BACA JUGA: Pastikan Penerbangan MH370 Berakhir di Lautan Hindia
"Kami memiliki gambaran jauh lebih jelas dari dampak dan konsekuensinya. Termasuk implikasinya untuk keamanan dunia," kata ilmuwan dari Carnegie Institution, Chris, yang memimpin studi, seperti dilansir asiaone, Minggu (23/3).
Dari studi terbaru itu para ilmuwan juga semakin yakin jika perilaku manusia telah menyebabkan pemanasan global selama ini.
BACA JUGA: Sehari, 529 Pendukung Morsi Dijatuhi Hukuman Mati
Diperkirakan suhu global akan meningkat 0,3-4,8 derajat Celsius abad ini, naik sekitar 0,7 Celcius sejak revolusi industri. Laut juga akan merayap naik 26-82 cm pada 2100 dan menyebabkan beberapa wilayah daratan terendam.
"Penilaian yang bisa kita lakukan pada saat ini mungkin masih meremehkan dampak sebenarnya dari perubahan iklim di masa depan," kata Jacob Schewe dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim (PIK) di Jerman, yang tidak terlibat dalam penyusunan IPCC.
BACA JUGA: Longsor Washington, 8 Tewas, 18 Hilang
Banyak ilmuwan setuju, katanya, bahwa gelombang panas baru-baru ini dan banjir adalah bukti dari perubahan iklim dan pertanda masa depan di mana perubahan cuaca susah diprediksi.
Di antara bahaya yang tercantum dalam laporan itu adalah meningkatnya risiko banjir, dengan Eropa dan Asia terutama yang bakal terkena imbasnya. Juga kekeringan di mana populasi dunia akan berebut sumber daya air.
Naiknya permukaan air laut bakal memaksa ratusan juta penduduk pesisir mengungsi pada 2100. Juga ancaman kelaparan karena menurunnya produksi bahan pangan atau juga karena tidak seimbangnya kebutuhan dan ketersediaan pasokan. Ditambah lagi ledakan populasi pada 2050. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Malaysia Airlines Mendarat Darurat di Hong Kong
Redaktur : Tim Redaksi