jpnn.com - JAKARTA - Pengajar Politik Pertahanan dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi menilai, jatuhnya pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara menampar muka Indonesia.
Insiden itu dianggap semakin merontokkan kekuatan dirgantara Indonesia yang memang sedari awal rapuh karena sebagian besar alutsistanya berusia uzur.
BACA JUGA: Jokowi: Telah Gugur Putra Terbaik Bangsa
Menurut Muradi, pengadaan Alutsista dengan program Minimum Essential Forces (MEF) sejatinya adalah bagian dari menyiasati keterbatasan anggaran pertahanan. Namun program tersebut terjebak dengan target pemenuhan kuantitatif.
"Pada konteks inilah mengapa kemudian pengadaan alutsista lewat skema hibah yang selama ini hanya mengejar kuantitas alutsista tanpa memerhatikan kualitas dan kemampuan dalam mengamankan kedaulatan indonesia," kata Muradi, Rabu (1/7).
BACA JUGA: Buwas Siap Tertibkan Markus di Polri
Muradi menegaskan, Panglima TNI yang baru harus menjadikan modernisasi alutsista sebagai pekerjaan rumah yang serius. Panglima TNI melalui Kementerian Pertahanan juga harus menekankan pengadaan alutsista baru dan berani menolak semua skema hibah.
"Agar postur pertahanan Indonesia ke depan lebih baik dalam menjamin kedaulatan Indonesia," ungkap Muradi. Apalagi, sejak awal Presiden Jokowi telah berkomitmen untuk menyokong pengembangan dan modernisasi pertahanan. (boy/jpnn)
BACA JUGA: Kurang Transparan, Kejagung Disindir Menteri Yuddy
BACA ARTIKEL LAINNYA... 16 Jasad Korban Hercules Tiba di Halim Perdanakusuma
Redaktur : Tim Redaksi