jpnn.com, JAKARTA - Keputusan PT Pertamina menunjuk Elia Massa Manik sebagai direktur utama memang terbilang tepat.
Elia dianggap sosok ideal karena berasal dari eksternal sehingga tak mewakili kubu yang berseberangan di Pertamina.
BACA JUGA: Jadi Dirut Pertamina, Elia Massa Usung Total Football
Selain itu, pria kelahiran 1 Mei 1965 tersebut juga memiliki sepak terjang mengagumkan.
Alumnus Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Lingkungan Insitut Teknologi Bandung (ITB) itu mengawali kariernya di PT Indofood Sukses Makmur (INDF).
BACA JUGA: Pekan Depan, Pertamina Tambah Pasokan Premium
Setelah itu, pemegang gelar Master of Business Management (MBM) dari Institute of Management Philipina tersebut pindah ke Suez Group.
Namun, dia hanya bertahan sampai 2001. Elia memutuskan bergabung dengan PT Kiani Kertas.
BACA JUGA: Resmi! Elia Massa Manik jadi Dirut Pertamina
Setelah itu, pria asal Kabanjahe, Kapupaten Karo, Sumatera Utara, tersebut bergabung dengan PT Jababeka.
Anak kedua dari empat bersaudara tersebut juga pernah menjadi Chief Executive Officer PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia.
Sepak terjangnya berlanjut kala dirinya menjadi presiden direktur PT Elnusa pada 2011-2014.
Dia dianggap sukses membawa Elnusa menjadi perusahaan yang sehat lagi setelah sempat ada kasus pembobolan dana perusahaan di Bank Mega.
Dia tidak mau tidak dicampuri politik maupun konflik kepentingan serta menjadikan BUMN menjadi sumber pendanaan.
Elia juga melakukan sejumlah perbaikan.
Saat dia masuk, Elnusa memiliki operating cash flow yang negatif sebesar Rp 200 miliar.
Namun, refinancing yang dilakukannya berhasil melambungkan Elnusa.
Selain itu, dia juga melakukan perbaikan sumber daya manusia di sana.
Elia akhirnya memimpin perusahaan induk holding BUMN perkebunan yaitu PTPN III (holding) April 2016.
Dia mengelola 14 perusahaan perkebunan negara, yakni PTPN I sampai PTPN XIV dengan jumlah pegawai sebanyak 139 ribu.
Langkahnya terbilang sukses menjalankan restrukturisasi dengan memangkas jumlah direksi PTPN menjadi maksimal hanya tiga orang.
Sebelumnya, satu PTPN bisa mempunyai empat sampai lima direktur.
Hal itu merupakan salah satu efisiensi dan restrukturisasi dari holding BUMN perkebunan.
Sebab, total utang BUMN perkebunan tersebut mencapai Rp 33,24 triliun pada semester pertama 2016.
Kini, tugas berat sudah menanti Elia. Dia bertekad mengusung strategi total football selama memimpin Pertamina.
‘’Saya maunya semua terbuka, kalau ada masalah di hilir itu tanggung jawab semua direksi. Itulah yang namanya total football,’’ tutur Elia. (dee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pekan Depan Pertamina Tambah Pasokan
Redaktur & Reporter : Ragil