Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri mengatakan, saat ini sudah ada banyak sekali rencana investasi oleh para investor yang tengah diproses di BKPM atau sedang dalam proyek pengerjaan (pipeline). "Yang di-pipeline cukup besar, sampai USD 75 miliar (Rp 712 triliun)," ujarnya dalam seminar di Jakarta, Rabu (28/11).
Rencana investasi sekitar Rp 712 triliun tersebut sebagian diproyeksi akan mulai terlaksana pada 2013. Sedangkan sebagian lainnya diperkirakan baru akan terlaksana pada 2014 atau 2015. "Untuk 2013, realisasinya mungkin sekitar USD 40 miliar (Rp 380 triliun), itu sudah jadi tabungan investasi kita," kata pria yang biasa disapa dengan nama Dede itu.
Perusahaan apa saja yang akan masuk? Chatib mengatakan, dirinya tidak hafal satu per satu karena jumlahnya yang begitu banyak. Namun, dia menyebut bahwa perusahaan pertambangan memegang porsi sekitar 30 persen. "Selain itu, ada pula rencana investasi di industri semen, farmasi, kimia, transportasi, serta manufaktur," sebutnya.
Menurut Chatib, besarnya minat investasi di Indonesia merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Pertama, karena lesunya perekonomian global serta laju pertumbuhan ekonomi yang melambat di Tiongkok dan India. "Jadi, Indonesia dipandang sebagai satu-satunya negara dengan pertumbuhan ekonomi stabil," ujarnya.
Kedua, apresiasi mata uang Jepang Yen membuat biaya produksi di Jepang merangkak naik. Karena itu, untuk menekan biaya produksi, perusahaan-perusahaan Jepang pun mulai melirik opsi untuk membuka basis produksi di Indonesia. "Contohnya Toyota," ucapnya. Sebagaimana diketahui, Toyota Group akan membangun fasilitas produksi di Indonesia secara bertahap dengan nilai total investasi hingga Rp 26 triliun.
Faktor ketiga, lanjut Chatib, adalah stabilitas makro dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi, serta potensi pasar yang sangat besar. "Selain itu, strategi menarik investor juga terus kami perbaiki," katanya.
Dalam kesempatan sama, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, salah satu investor besar yang kini dalam proses rencana investasi adalah perusahaan baja asal Jepang, Nippon Steel. Selain itu, ada pula perusahaan kimia asal Thailand yang siap menanam investasi hingga USD 6 miliar. "Ini sangat positif. Sebab, baja dan kimia adalah dua produk penting yang sangat kita butuhkan, karena selama ini kita banyak mengimpor dua produk itu," ujarnya. (owi/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembatalan Sehari Tanpa BBM Subsidi Redam Gejolak
Redaktur : Tim Redaksi