Investor Desak Group Bakrie Katrol Fundamental

Senin, 25 Februari 2013 – 05:19 WIB
JAKARTA - Pelaku pasar mendesak manajemen Group Bakrie membenahi fundamental perusahaan. Itu penting guna kinerja saham-sahamnya lantai bursa tetap mentereng. Sebab, sejumlah emiten saham-saham Bakrie Group, fundamentalnya dinilai masih positif untuk dikoleksi jangka pendek dengan risiko tinggi.

"Ya, segera melakukan konsolidasi dan menata fundamental perusahaan," ucap Johanes Soetikno, Presiden Direktur PT Valbury Asia Securities, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Secara fundamental, sebut Johanes, setidaknya memang ada tiga emiten Bakrie Group dengan kualifiasi dan prospek positif. Untuk bahan koleksi jangka panjang relatif bagus meski disertai dengan risiko tiak kecil. Tetapi, kalau manajemen melakukan tindakan taktis dan cerdas, kondisi itu bisa direduksi dengan segera. 

Tiga emiten Bakrie Group yang relatif bagus itu antara lain PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP). Kemudian PT Bakrieland Development (ELTY) dan PT Bumi Resources (BUMI). 

Untuk UNSP, saat ini rasio harga saham per pendapatan (PER) tercatat sebesar 42,73 kali. Jumlah itu cukup tinggi dibanding PER industri di kisaran 16,97 kali. "Investor hanya perlu mencermati gerak komoditas global kalau ingin masuk saham perseroan," ingat Johanes.

Sedangkan ELTY, meski berencana melepas aset non inti berupa jalan tol ke MNC Group, dan aset inti berupa lahan di kawasan Rasuna Epicentrum, hasil ana aksi itu bisa dipakai untuk ekspansi usaha atau mengurangi beban utang. Untuk BUMI, besarnya rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) di level 14,28 kali menekan kinerja perusahaan.

Namun selama dua anak usahanya, yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, masih berproduksi, maka utang jangka panjang perseroan bisa dilunasi.

Sementara prospek fundamental PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), dari segi pendapatan belum stabil. Itu karena beban biaya produksi industri media cukup besar. PER VIVA sudah cenderung mahal di level 109,89 kali dibanding PER industri sebesar 20,02 kali.

Sedangkan fundamental PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sulit untuk berkembang. "Satu-satunya cara jitu menyelamatkan perusahaan merugi dengan divestasi atau merger dengan perusahaan lainnya," sarannya.

Menilik data dan fakta itu, Johanes menyarankan pelaku untuk tidak tergantung pada saham Bakrie Group. Sebab, masih banyak saham dengan fundamental lebih baik dan pergerakan harga sahamnya lebih stabil. "Kalau masih tetap ngotot masuk saham Bakrie Group, sebaiknya jangka pendek saja," tukasnya. (far)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Telkom Ikut Tender 10 Negara

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler