jpnn.com - JAKARTA – Pesona perusahaan Indonesia kian menarik minat pemodal asing. PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS), sebagai bank syariah pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), menerima kehadiran pengendali baru dari Dubai.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Panin Tbk (PNBN) Jasman G Munthe dalam keterbukaan informasi ke BEI mengumumkan, pihaknya sebagai induk dari PNBS telah melepas sebanyak 23,5 persen saham di PNBS. Transaksi pengalihan saham dilakukan pada 21 Mei dan 22 Mei 2014 lalu.
BACA JUGA: Normalisasi Rangkaian, KA Argo Parahyangan Batal Berangkat Pagi
Secara rinci, Bank Panin melepas sebanyak 975 juta saham Panin Syariah dengan harga Rp 103 persaham atau total senilai Rp 100,425 miliar pada 21 Mei 2014. Dilanjutkan dengan pelepasan 1.316.250.000 saham pada harga Rp 115 persaham atau senilai Rp 151,368 miliar pada hari berikutnya. Maka secara total, dana diraih dari penjualan saham PNBS itu sebesar Rp 251,79 miliar.
Dengan divestasi sebagian asetnya itu, maka kepemilikan saham Bank Panin di Panin Syariah menyusut menjadi 64,01 persen atau sebanyak 6.241.201.790 saham dibandingkan sebelumnya 87,51 persen atau sebanyak 8.532.451.790 saham.
BACA JUGA: BlueBird Jelang IPO
Mayoritas pemborong saham Panin syariah dari tangan Bank Panin adalah Dubai Islamic Bank PJSC, Uni Emirat Arab (DIB). Perjanjian jual beli memang sudah terjalin sejak 19 Mei 2014 untuk sebanyak 24,9 persen saham PNBS. Dengan terealisasi sebanyak 23,5 persen yang ditransaksikan, maka DIB hanya perlu mengkrosing sisa 1,4 persen lagi yang bisa dilakukan pada perdagangan saham reguler.
Selain DIB, investor lokal juga menyerap sebagian kecil saham Panin Syariah yang dilepas, yaitu atas nama Pratama Saham. Perusahaan beralamat di Plaza Bapindo, Jakarta, itu hanya menyerap sebanyak 0,49 persen saham Panin Syariah yang dilepas Bank Panin. Namun sebelumnya sudah ada kepemilikan sehingga menggenapkan secara total menjadi 5,39 persen. Kepemilikan di atas 5 persen merupakan pengendali.
BACA JUGA: Tertekan Data Makro
Perubahan kepemilikan saham juga terjadi pada PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP). Perusahaan ritel pemilik gerai Mitra10 dengan produk barang bahan bangunan itu kedatangan investor multinasional, NT Asian Discovery Master Fund, yang langsung menggenggam kepemilikan mayoritas sebesar 21 persen.
Dalam keterbukaan informasi, manajemen CSAP melaporkan bahwa pada 30 Mei 2014 melalui transaksi di pasar negosiasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pemegang saham pendiri telah melakukan penjualan kepemilikan sahamnya kepada NT ASIAN Discovery Master Fund. Para pemilik saham yang menjual kepemilikannya adalah PT Budilestari Sentosa (3,47 persen), PT Tunaskurnia Abadi (2,295 persen dan PT Darmapatria Sentosa Abadi (2,295 persen), dan PT Ekasentosa Jayasukses (12,94 persen). Dari divestasi para pemilik saham itu hanya PT Ekasentosa yang masih memiliki sisa saham dalam CSAP yaitu sejumlah 81.482.200 saham atau sebesar 2,81 persen. Tiga lainnya habis.
Sebaliknya, NT Asian Discovery Master Fund yang kini jadi pengendali baru di perseroan meraih kepemilikan 608 juta saham atau 21 persen. Untuk meraih kepemilikan itu, NT Asian menggelontorkan dana sebesar Rp 221,92 miliar atau mengeksekusi pada harga Rp 365 persaham.
Corporate Secretary CSAP Idrus Hermawan Widjajakusuma mengatakan, tujuan transaksi yang dilakukan oleh pemegang saham penjual adalah divestasi investasi dalam Perseroan.
NT Asian Discovery Master Fund sendiri merupakan perusahaan investasi multinasional. Dari situs resminya diketahui, perusahaan itu menanam investasi di beberapa perusahaan tercatat dari berbagai negara terutama di Asia, kecuali Jepang. (gen/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasar Laptop dan PC Masih Lesu
Redaktur : Tim Redaksi