TIMIKA - Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) yang dibangun PT Freeport Indonesia (PTFI), merupakan langkah awal untuk memajukan Papua. Di IPN, masyarakat atau pemuda Papua yang berasal dari tujuh suku, bisa mendapatkan pendidikan dan pelatihan.
Demikian disampaikan Anggota DPD RI dari Sulawesi Tengah, Hj Nurmawati Dewi Bantilan, SE saat ditemui Radar Timika (JPNN Group) di Rimba Golf. “IPN merupakan langkah awal yang sangat strategis untuk memajukan Papua dalam hal ini Mimika kedepannya,” ujarnya.
Alasan dia karena di IPN, dilakukan transfer knowledge, technology, dan capital kepada pelajar terutama dari tujuh suku. Menurutnya, apa yang dilakukan PTFI adalah titik awal yang luar biasa. “Sebelumnya saya hanya mendengar, tidak pernah melihat langsung. setelah melihat dan mendengarkan penjelasan secara langsung, maka harus lebih dimanfaatkan dan dioptimalkan waktu dan kesempatan ini, terutama untuk masyarakat tujuh suku,” pesannya.
Dikatakan Nurmawati, di IPN memang ada skala prioritas dan pilihan, dalam arti prioritas kepada masyarakat tujuh suku di Mimika. Namun dalam proses investasi SDM yang dilakukan PTFI, diujung proses tersebut tidak ada pemaksaan harus bekerja di PTFI. “Karena mereka (pelajar/lulusan) diberikan kebebasan untuk memilih alternatif yang lain, di PTFI atau di perusahaan lain. Ini tidak sama dengan ikatan dinas yang sudah dibiayai, diopeni, diberikan uang saku, harus mengabdi di instansi tersebut,” paparnya.
Nurmawati menambahkan, IPN juga membuka peluang kepada yang lainnya. Ini sesuai komitmen yang dibangun PTFI terhadap orang Papua. Dalam arti, bagi yang sudah lama hidup di Papua atau orangtuanya pernah bekerja di PTFI, walaupun prosentase terbesarnya untuk masyarakat tujuh suku.
Sementara Direktur IPN, Izak Sayori saat kunjungan Pansus Pertambangan DPD RI di ruangannya, Selasa (21/2) lalu mengatakan, IPN 100 persen dibiayai PTFI. IPN sudah beroperasi sejak 2003. Saat ini luas area IPN mencapai 7 hektar, yang dulunya hanya 6 hektar. IPN mampu menampung 1200 sampai 1500 peserta belajar.
“Saat ini siswa yang berada di IPN sebanyak 400 orang, sedangkan yang lainnya tersebar di Grasberg, Underground dan Portsite. Dengan adanya IPN ini, kontribusi untuk suplay tenaga kerja sangat besar, khususnya untuk masyarakat Papua dari tujuh suku,” jelasnya.
Lanjutnya, IPN merupakan pengembangan SDM Papua dengan model magang. Sampai tahun ini IPN sudah mendidik 3000 siswa, dimana 1500 siswa sudah dialokasikan atau diserap PTFI, dan sebagian bekerja pada perusahaan mitra PTFI.
IPN diperuntukkan untuk tujuh suku masyarakat Papua. Siswa magang diberikan pelajaran yang berhubungan dengan pekerjaan yang ada di PTFI, seperti welder, mekanik, elektrik, hingga operator kendaraan berat.
“Keterikatan di IPN ini hanya untuk magang, dalam artian proses pendidikannya. Namun untuk perekrutan karyawan, mereka (siswa) bisa mencari kerja di tempat lain tidak hanya di PTFI. Setelah mengikuti pendidikan di IPN, siswa akan mendapatkan sertifikat dari IPN, yang dipergunakan untuk bisa masuk kerja ke PTFI dan perusahaan lainnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, saat ini PTFI bekerjasama dengan IPB untuk program MBA, dan Universitas Negeri Semarang untuk program D3.(upg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SMK Ditantang Buat Kendaraan Tempur
Redaktur : Tim Redaksi