IPW Beber Kejanggalan Kasus Penembakan AKBP Pamudji

Minggu, 23 Maret 2014 – 14:14 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane menilai ada sejumlah kejanggalan yang patut dipertanyakan dalam kasus terbunuhnya Kepala Detasemen Markas Polda Metro Jaya AKBP Pamudji. Menurutnya, kejanggalan itu patut ditelusuri penyidik untuk memastikan penyebab kematian Pamudji, apakah bunuh diri atau memang ditembak bawahannya, Brigadir Susanto.

Neta mengatakan, hingga hingga saat ini Susanto masih bersikeras menyebut Pamudji tewas karena bunuh diri. Karenanya,  kata Neta, Minggu (23/3). Kareannya, kejanggalan soal dugaan pertengkaran Pamudji dan Susanto harus ditelusuri, termasuk motif yang menyebabkan cekcok itu.

BACA JUGA: Anak Buah Pelesir Masal ke Bromo, Kasudin Kena Sanksi

"Jika hanya karena persoalan tidak mengenakan seragam, kemudian terjadi penembakan, sepertinya fakta ini masih sulit diterima logika," ujar Neta di Jakarta, Minggu (23/3).

Kejanggalan lainnya adalah soal senjata Susanto yang katanya sudah diambil dan dikantongi Pamudji. "Jika Susanto yang menembak Pamudji, kapan Susanto mengambil pistol itu dari kantong celana Pamudji?” katanya.

BACA JUGA: Kampanye Akbar Gerindra di GKB, Jalan di Senayan hingga Slipi Macet

Selain itu, lanjut Neta, jika Pamudji memang bunuh diri seharusnya di pistol itu ada sidik jari yang bersangkutan. Begitu juga jika Susanto yang menembak, tentu ada sidik jarinya. "Apakah bisa begitu cepat sidik jari dihapus dari pistol mengingat setelah terdengar letusan sejumlah polisi langsung berdatangan ke tempat kejadian perkara?” ungkapnya.

Neta juga menyodorkan kejanggalan lain. Yakni terkait luka tembak yang diderita Pamudji. Penulis buku ‘Jangan Bosan Mengkritisi Polisi’ itu menyebut para saksi mendengar dua kali letusan dan terdapat dua selongsong peluru di pistol Susanto.

BACA JUGA: Tutupi Rumput GBK demi Kampanye Gerindra

"Tapi luka tembak di bagian wajah Pamudji hanya ada satu bekas tembakan, sementara di dinding ditemukan dua bekas tembakan," ujarnya.

Yang juga dipertanyakan Neta adalah keberadaan senpi milik Pamudji. “Apakah sebagai perwira berpangkat AKBP, Pamudji tidak membawa senjata api, sementara Susanto yang hanya berpangkat brigadir dan anggota Pelayanan Musik membawa senjata api?" tanya dia.

Karenanya Neta berharap agar penyidik segera mencari bukti-bukti lain dan keterangan saksi-saksi untuk meyakinkan bahwa memang Susanto yang benar-benar melakukanpenembakan. Sehingga saat berita acara pemeriksaan dilimpahkan ke kejaksaan dan masuk ke pengadilan tidak ada kendala lagi.

"Jika bukti-bukti maksimal tidak ditemukan polisi dan pengadilan kemudian membebaskan Susanto, tentu hal itu akan menjadi tamparan bagi Polri. Inilah tantangan terberat bagi Polda Metro Jaya dalam menangani kasus terbunuhnya AKBP Pamudji," tuntasnya.(boy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 33 Ibu RT Terinfeksi HIV/AIDS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler