IPW: Korban Paling Menderita Kenaikan BBM adalah Polisi

Minggu, 16 Juni 2013 – 18:31 WIB
JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) mengimbau kepolisian tidak terprovokasi maupun memprovokasi sejumlah aksi unjukrasa tolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang akan dilakukan berbagai elemen masyarakat pada Senin, (17/6). Polisi diminta hanya untuk mengawal, bukan dengan melakukan aksi kekerasan.

"Contohnya di UKI Jakarta dan sejumlah demo di Makassar,  korban mahasiswa lebih banyak dari polisi. Seharusnya polisi cukup mengawal saja," kata Presidium IPW Neta S Pane di TIM, Jakarta, Minggu (16/6).

Dia menyatakan kepolisian jangan sampai terseret kepentingan penguasa semata. Melainkan menjalankan tugasnya untuk mengamankan unjukrasa secara umum.

Lanjut Neta, sebenarnya korban paling menderita akibat kenaikan harga BBM adalah polisi. Menurutnya, gaji polisi sangat kecil sedangkan dengan kenaikan harga BBM maka kebutuhan mereka meningkat. "Akibatnya ya pungli jadi merajalela di polantas dan reserse," sambungnya.

Terakhir, ia berharap aksi unjukrasa yang dilakukan LSM, masyarakat maupun mahasiswa nantinya tidak berakhir rusuh, sehingga memudahkan pekerjaan polisi yang mengamankan.

"Karena berhadapan dengan mahasiswa mereka harus mengawal dengan rasa persaudaraan kalau kerusuhan dimana-mana polisi juga repot," tandasnya. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Konvensi PD Jangan Untuk Basa-Basi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler