jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, kasus penjualan senjata api ke Kelompok Krimimal Bersenjata (KKB) Papua yang melibatkan oknum anggota Brimob adalah peristiwa besar yang sangat memalukan institusi kepolisian.
Apalagi, kata Neta, dari laporan penyidik terungkap bahwa kasus jual beli senjata api berbagai jenis itu sudah dilakukan sejak 2017.
BACA JUGA: Begini Alur Penjualan Senjata oleh Oknum Brimob kepada KKB, Ada Mantan Wakil Rakyat
"Sehingga menjadi pertanyaan, kenapa kasus penjualan senjata kepada KKB Papua itu baru tercium sekarang?" kata Neta, Selasa (3/11).
Padahal, lanjut Neta, aksi jual beli senjata api itu melibatkan oknum anggota Brimob Kelapa Dua Bripka MJH (35), DC (39) yang merupakan ASN yang juga anggota Perbakin Nabire, dan FHS (39) mantan anggota TNI-AD.
BACA JUGA: Pria Berkaus Doraemon Ini Namanya Aris, Tetap Waspada
"Jadi pertanyaan, siapa bos mereka hingga mereka bebas beraksi dan tidak tersentuh hukum?" ungkap Neta.
IPW melihat kasus penjualan senjata api ini melibatkan jaringan yang bekerja profesional.
BACA JUGA: Siapa yang Kenal dengan 4 Pemuda Ini? Siap-siap Saja
Untuk itu, IPW mendesak Polri segera mengungkap dan menangkap otak pelaku atau bos di balik jaringan penjualan senjata kepada KKB Papua tersebut.
Sebab, ujar Neta, apa yang dilakukan jaringan penjualan senjata itu bukan hanya sekadar melakukan pelanggaran hukum, lebih dari itu aksi tersebut adalah bagian dari upaya untuk memecah NKRI.
"Sebab dengan senjata api tersebut KKB Papua memiliki logistik untuk melakukan perlawanan dan mengangkat eksistensinya dalam kekuatan perlawanan senjata," jelasnya.
Selain itu, lanjut Neta, KKB Papua juga bisa dengan leluasa menembaki anggota TNI maupun Polri. Dengan senjata itu KKB Papua memiliki kekuatan persenjataan yang kuat.
"Terbukti, polisi berhasil menyita barang bukti tiga pucuk senpi, yakni jenis M16, M4, dan Glock," ujarnya.
Neta menambahkan, dari kasus ini juga terlihat bahwa KKB Papua memiliki pendanaan yang maksimal. Hal ini terlihat dari senjata api yg mereka pesan dengan harga berkisar Rp 300 juta hingga Rp 350 juta.
"Dari kasus ini terlihat bahwa cukup banyak kasus di balik penjualan senjata kepada KKB Papua yang melibatkan oknum Brimob itu yang harus dibongkar dan diungkap oleh Polri," pungkasnya. (boy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Boy