Iran

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 22 November 2022 – 19:35 WIB
Ilustrasi Piala Dunia 2022. Foto: peninsula

jpnn.com - Penggemar sepak bola internasional yang menyaksikan pertandingan Piala Dunia antara Iran vs Inggris Senin (21/11) melihat beberapa hal yang tidak biasa.

Salah satunya adalah para pemain Iran memboikot lagu kebangsaan mereka sendiri.

BACA JUGA: Pemain Iran Pilih Diam saat Lagu Kebangsaan Berkumandang, Ini Pemicunya

Seluruh pemain diam tidak bersedia menyanyikan lagu kebangsaan ketika dimainkan sebelum pertandingan.

Beberapa suporter Iran juga tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan, malah membuat keriuhan ketika lagu kebangsaan dimainkan.

BACA JUGA: Demo Tak Kunjung Reda, Menlu Iran Beberkan Teori Konspirasi Terkait Intel Yahudi

Mereka terang-terangan melecehkan lagu kebangsaannya sendiri.

Hal lain yang menjadi perhatian penggemar sepak bola adalah penampilan kapten timnas Inggris Harry Kane.

BACA JUGA: Tantangan Terberat Inggris di Piala Dunia 2022

Semula banyak yang mengira bahwa Harry Kane akan mengenakan ban kapten dengan lambang hati dan warna pelangi ‘’One Heart’’ sebagai dukungan terhadap kelompok LGBT (lesbian, gay, bisexual, transgender).

Sebelum pertandingan, Kane menegaskan akan tetap mengenakan ban kapten pelangi meskipun FIFA sudah tegas melarangnya.

Tuan rumah Qatar juga tegas melarang LGBT karena bertentangan dengan hukum Islam.

Pemakaian lambang pelangi akan dianggap sebagai pelanggaran dan bisa langsung dikenai kartu kuning dan sanksi.

Ternyata Kane masuk ke lapangan dengan ban kapten konvensional tanpa warna pelangi.

Kane lolos dari hukuman. Tim Inggris pun lebih fokus pada pertandingan dan tampil trengginas dengan melumat Iran 6-2.

Sementara Iran tampil memble, jauh dari penampilan yang dikenal selama ini.

Pelatih Iran Carlos Queiroz terlihat salah taktik pada babak pertama karena menginstruksikan bertahan total.

Queiroz yang pernah menjadi asisten Sir Alex Ferguson di Manchester United mengenal dengan baik sepak bola Inggris.

Mungkin karena itu dia memilih bertahan.

Penampian Iran yang di bawah form itu mungkin juga akibat distraksi aktivitas politik para pemainnya.

Inggris fokus ke pertandingan dan meninggalkan politik, sementara Iran kehilangan fokus karena isu politik.

Tindakan para pemain dan suporter Iran ini merupakan protes terhadap pemerintah Iran yang dianggap melakukan tindakan represif terhadap gerakan protes yang tengah melanda Iran dalam beberapa bulan terakhir.

Demonstrasi dilakuan untuk memprotes terbunuhnya Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 21 tahun, yang tewas di kantor polisi susila Iran karena melakukan pelanggaran aturan hijab.

Kematian Amini memicu protes luas di hampir seluruh wilayah Iran.

Kaum perempuan, mulai dari emak-emak sampai remaja milenial, turun ke jalan membakar ban, dan secara terbuka melepas hijab.

Hal ini dilakukan sebagai protes atas aturan wajib hijab yang dianggap sebagai pemaksaan yang membelenggu hak-hak perempuan.

Pemerintah Iran menganggap demonstrasi itu sebagai gerakan politik yang ditunggangi oleh kekuatan asing yang ingin merongrong dan merobohkan kedaulatan pemerintah Iran.

Protes nasional itu telah menewaskan ratusan orang akibat tindakan keras aparat keamanan.

Protes itu merupakan salah satu tantangan paling berani terhadap para pemimpin ulama Iran sejak Revolusi Islam 1979 yang menggulingkan monarki Syah Iran.

Keputusan untuk tidak menyanyikan lagu kebangsaan bukan pertama kalinya ditunjukkan oleh timnas Iran untuk menunjukkan dukungan kepada para pengunjuk rasa.

Akhir September lalu, timnas Iran memakai jaket hitam untuk menutupi warna seragam negaranya dalam pertandingan persahabatan melawan Senegal.

Sebelum terbang ke Doha untuk tampil di Piala Dunia 2022, timnas Iran bertemu dengan Presiden Ebrahim Raisi.

Pertemuan itu tidak berjalan baik dan para  pengunjuk rasa membakar spanduk tim menjelang turnamen.

Tim sepak bola pantai, polo air, dan bola basket Iran baru-baru ini juga menolak menyanyikan lagu kebangsaan.

Menjelang pertandingan melawan Inggris, beberapa pendukung Iran di Qatar juga memberi isyarat dukungan untuk para pengunjuk rasa di tanah air.

Mereka mengenakan kaus bertulisan “Wanita, Hidup, Kebebasan”, yang merupakan nyanyian populer dari gerakan itu.

Keputusan tim sepak bola memboikot lagu kebangsaan adalah langkah paling berani sejauh ini dari olahragawan Iran.

Tidak jelas apakah para pemain akan menghadapi konsekuensi saat kembali ke negaranya seusai Piala Dunia.

Kapten tim Ehsan Hajsafi secara terbuka berbicara mendukung protes. 

Ehsan mengatakan bahwa dia dan timnya ingin memberi sinyal kepada para demonstran di Iran bahwa timnas Iran mendukung gerakan mereka.

Piala Dunia Qatar kali ini paling kental dengan berbagai gerakan politik.

Gerakan pendukung LGBT makin terang-terangan menampakkan diri di stadion untuk mencari perhatian.

Pertandingan Amerika Serikat vs Wales diwarnai aksi mengganggu dari aktivis LGBT yang masuk ke dalam stadion saat pertandingan. 

Laga berakhir 1-1.

Kapten timnas Wales Gareth Bale sebelumnya menyatakan akan memakai ban kapten pelangi.

Akan tetapi, Bale mengurungkan aksinya dan lebih memilih berkonsentrasi terhadap pertandingan.

Aksi Bale ini dikecam oleh aktivis LGBT.

Menjelang pertandingan beberapa suporter pendukung Wales sengaja masuk ke stadion dengan memakai lambang pelangi.

Mereka dihentikan oleh petugas keamanan Piala Dunia 2022.

Kaum LGBT tersebut mengenakan topi pelangi, simbol yang dilarang di Qatar, dan juga telah dilarang oleh FIFA. 

Harry Kane dan Gareth Bale juga dikecam di Inggris.

Salah satunya oleh legenda Manchester United Roy Keane yang menyesalkan kedua kapten yang tidak berani menujukkan dukungannya terhadap LGBT.

Keane yang berlidah tajam sebagai komentator dikenal suka mengkritik siapa saja.

Bintang lain yang menjadi sasaran kecaman ialah David Beckham dikecam habis-habisan oleh fans LGBT karena mendukung perhelatan Piala Dunia 2022 Qatar.

Beckham berperan sebagai duta turnamen selama sepuluh tahun, yang kabarnya akan memberi dia fulus mencapai 150 juta pound sterling.

Beckham, yang bermain 338 laga bagi Manchester United dan mengukir 115 caps bagi Inggris, menjadi salah satu orang paling terkenal di jagat raya ini.

Namun, jurubicara LGBT menyatakan, sang superstar telah menodai reputasinya.

Sembilan timnas Eropa menyatakan akan membangkang aturan FIFA dengan tetap akan mengenakan ban kapten pelangi.

Salah satu yang paling bersemangat ialah Manuel Neuer kapten timnas Jerman.

Dengan tegas Neuer mengatakan akan mengenakan ban kapten pelangi meskipun harus menerima risiko kartu kuning.

Sikap keukeuh itu tentu akan merugikan timnya sendiri.

Kalau sampai dua kali mendapatkan kartu kuning karena memakai ban kapten pelangi, dia akan dikenai larangan satu kali bermain.

Hal ini akan merugikan tim karena peran kapten yang sangat penting.

Timnas Jerman juga mengecam pelanggaran HAM (hak asasi manusia) yang diduga dialami oleh para pekerja migran di Qatar.

Kabarnya ratusan pekerja meninggal ketika mengerjakan proyek pembangunan stadion. Kondisi kerja yang buruk dan gaji di bawah standar menjadi penyebab kematian.

Piala Dunia Qatar adalah yang paling kontroversial dalam sejarah.

Isu demokrasi dan HAM menjadi isu dominan yang terus-menerus didorong oleh aktivis Barat.

Sejauh ini FIFA tegas membela Qatar dengan mengimbau peserta piala dunia untuk berkonsentrasi kepada sepak bola ketimbang pada urusan lain. (**)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Piala Dunia Qatar Ramah LGBT, Pasangan Gay Bebas Lakukan Ini di Stadion


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler