TEHERAN--Angkatan Laut (AL) Iran menuntaskan latihan perang selama 10 hari di sisi timur Selat Hormuz. Bersamaan itu, kemarin (3/1) Teheran memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tak mengirimkan kembali USS John C. Stennis ke Teluk Persia. Akhir pekan lalu, kapal induk itu meninggalkan wilayah Teluk lewat Selat Hormuz.
Jika kapal AS yang mampu mengangkut 90 jet tempur dan helikopter itu terlihat lagi melintasi Hormuz ke arah Teluk Persia, Iran menyatakan tak akan segan melancarkan serangan. Ancaman tersebut membuat situasi di kawasan Teluk makin tegang.
"Iran tidak akan mengulangi kembali peringatannya. Kapal induk musuh (AS) telah meninggalkan Teluk Persia dan menuju Laut Oman karena latihan perang kami. Karena itu, kami mengimbau AS agar tidak memerintahkan kapal itu kembali," tegas seorang petinggi militer Iran Ataollah Salehi kemarin.
Salehi menyatakan bahwa pemerintahannya tidak suka dan tidak ingin mengulang peringatan. Karena itulah, dia meminta AS mereaksi serius peringatan Iran tersebut demi menghindari konflik. "Saya menasihati, menyarankan, dan memperingatkan agar (AS) tidak menempatkan lagi kapal induknya di Teluk Persia," serunya seperti dilansir Kantor Berita IRNA.
Kapal induk AS yang biasanya selalu dikawal oleh lima kapal perusak itu terlihat meninggalkan Teluk Persia akhir pekan lalu. Kapal bertenaga nuklir tersebut melintasi Selat Hormuz ke arah timur menuju Teluk Oman. Belakangan diketahui bahwa kapal sepanjang 332,8 meter itu berada di Laut Oman. Dalam waktu dekat, USS John C. Stennis akan menuntaskan misi tujuh bulannya di kawasan Teluk.
Iran yang mendeteksi pergerakan kapal induk itu dari satelit sempat mengritik AS. Pasalnya, kapal itu melintasi Selat Hormuz saat militer Negeri Para Mullah menghelat latihan perang di sisi timur selat yang memisahkan Iran dan Oman tersebut. Ketika itu, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menyatakan bahwa selat yang menjadi jalur distribusi minyak utama dunia itu memang biasa dilewati USS John C. Stennis.
"Kami tidak pernah berencana memicu konflik, tetapi kami selalu sigap mengantisipasi segala ancaman bahaya," kata Salehi. Selain kapal induk AS, pesawat pengintai Iran mencatat ada beberapa armada udara asing yang melanggar zona wilayahnya saat AL-nya melancarkan latihan perang. Komandan Pertahanan Udara Iran Jenderal Shahrokh Shahram pun langsung melontarkan ancaman saat itu.
Secara terpisah, Jenderal Hassan Firouzabadi dari Garda Revolusi mengungkapkan bahwa pasukan elite Iran yang dipimpinnya juga akan segera menghelat latihan perang. "Manuver laut merupakan program latihan rutin AL dan Garda Revolusi Iran. Dalam waktu dekat, Garda Revolusi akan menggelar latihan seperti AL di kawasan Teluk," ujarnya tanpa menyebutkan tanggal atau lokasi latihan.
Jubir Kemenlu Iran Ramin Mehmanparast menyebut bahwa latihan perang merupakan bentuk pertahanan militer negaranya atas tekanan dari luar. Apalagi, menurut dia, kehadiran kapal induk AS dan kekuatan militer asing lain di sekitar perairan Iran telah meningkatkan kewaspadaan di dalam negeri. "Latihan perang menjadi komitmen kami guna menciptakan stabilitas keamanan regional," tutur dia.
Kendati militer Iran memusatkan kekuatan mereka di Selat Hormuz pasca-ancaman Teheran untuk menutup jalur pelayaran internasional itu, Mehmanparast menerangkan bahwa pemerintahannya tetap terbuka untuk berunding. "Saat ini, kami dalam posisi menunggu ajakan dari Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Catherine Ashton untuk berunding," katanya.
Kapanpun UE mengundang, lanjut Mehmanparast, negaranya siap hadir dan duduk bersama membahas nuklir. Oktober tahun lalu, UE telah melayangkan surat kepada Teheran untuk mengajak negara tersebut kembali ke meja perundingan. Tetapi, sampai sekarang surat tersebut belum ditindaklanjuti. Iran pun, menurut UE, belum membalas surat yang ditandatangani Ashton tersebut.
"Mereka (Teheran) harus lebih dulu membalas surat kami agar kami bisa menindaklanjuti ajakan untuk kembali berunding," ucap Jubir Ashton, Michael Mann. Tanpa ada balasan dari Iran, lanjut dia, UE tak bisa menindaklanjuti ajakan berunding itu. Namun, Mehmanparast mengaku bahwa pihaknya telah merespons surat UE tersebut meski tidak secara tertulis.
Sementara itu, Prancis terus mendesak supaya AS dan negara-negara UE segera menjatuhkan sanksi lebih tegas pada Iran. Pernyataan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe kemarin. "Iran telah terbukti secara meyakinkan tengah berusaha menciptakan senjata nuklir. Karena itu, kita harus segera menjatuhkan sanksi serius," katanya seperti dilansir stasiun televisi I-Tele.
Dia mengimbau negara-negara UE mengikuti jejak AS yang membekukan seluruh aset milik Iran di Negeri Paman Sam. Menurut dia, saat ini pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy sedang berupaya membekukan seluruh aset Iran di Prancis. Juppe juga mendesak agar embargo atas minyak Iran segera diterapkan. (AFP/AP/RTR/BBC/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nigeria Darurat, Suriah Genting
Redaktur : Tim Redaksi