Pemerintahan Presiden Mahmud Ahmadinejad menilai pemberitaan itu sebagai propaganda Barat yang dirancang untuk memengaruhi negosiasi terkait program nuklir Iran.
Reuters belum berhasil memverifikasi kabar terjadinya ledakan di ruang bawah tanah fasilitas pengayaan uranium Fordow, dekat kota suci Qom, Jumat lalu (25/1). Sejumlah media Barat dan Israel melaporkan bahwa ledakan tersebut mengakibatkan kerusakan cukup parah.
"Berita bohong tentang ledakan di Fordow merupakan propaganda Barat menjelang negosiasi nuklir. Mereka ingin memengaruhi proses dan hasilnya," ungkap Wakil Kepala Organisasi Energi Atom Iran Saeed Shamseddin Bar Broudi seperti dikutip kantor berita IRNA. Kantor berita resmi pemerintah Iran itu juga mengutip pernyataan Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Hubungan Luar Negeri Parlemen Alaeddin Boroujerdi yang membantah keras soal terjadinya ledakan tersebut.
Fasilitas nuklir Fordow telah memulai produksi uranium yang diperkaya hingga 20 persen. Angka itu jauh di atas batas yang diperbolehkan bagi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebesar 3,5 persen. Kalangan diplomat Barat juga meyakini bahwa Iran telah mengoperasikan 700 mesin pemisah atom (centrifuge) sejak Januari tahun ini.
Pemerintahan Barat khawatir bahwa program pengayaan uranium tingkat tinggi akan menjadi langkah maju yang siginifikan bagi Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.
Tetapi, Teheran bersikukuh bahwaa aktivitas nuklirnya dilakukan murni untuk tujuan damai. Mereka memproduksi uranium tingkat tinggi karena tidak bisa mendapatkannya lagi dari luar untuk kepentingan medis.
Iran dan negara-negara Barat di bawah PBB rencananya akan kembali ke meja perundingan dalam beberapa pekan ke depan. Namun, jadwal pembicaraan kembali ditunda karena belum disepakatinya masalah lokasi dan tanggal. (RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dubai Bangun Hotel Mewah Bawah Air
Redaktur : Tim Redaksi