Iran Bersumpah Langgar Kesepakatan Nuklir Tiap 60 Hari

Senin, 08 Juli 2019 – 11:55 WIB
Presiden Iran Hassan Rouhani. Foto: AFP

jpnn.com, TEHRAN - Iran tak mau bersabar lagi. Negeri Para Mullah itu kemarin, Minggu (7/7) mengumumkan akan meningkatkan pengayaan uraniumnya di atas 3,67 persen.

Mereka melakukannya karena negara-negara Eropa yang ikut dalam kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPA) 2015 gagal melindungi Iran dari sanksi yang dijatuhkan AS.

BACA JUGA: Taklukkan Tim-Tim Terbaik, Amerika Serikat Juara Piala Dunia Wanita 2019

''Dalam hitungan jam, persiapan teknis untuk pengayaan di level baru akan siap,'' tegas Juru Bicara Badan Atom Iran Behrouz Kamalvandi seperti dikutip Agence France-Presse.

Hari ini Iran memastikan bahwa pengayaan uranium mereka sudah di atas ambang batas maksimal kesepakatan JCPA. Kamalvandi tidak mengungkapkan sampai berapa persen.

BACA JUGA: Starbuck Sunyi

Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pernah menyatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan konsentrasi hingga 5 persen. ''Kami sangat siap melakukan pengayaan uranium di level apa pun dan dalam jumlah berapa pun,'' tegasnya.

BACA JUGA: Trump Tak Akan Biarkan Iran Punya Senjata Nuklir

BACA JUGA: AS Pamerkan Mesin Perang di Hari Kemerdekaan

Sejatinya, pengayaan hingga 5 persen masih terbilang aman. Sebab, untuk pembuatan senjata nuklir dibutuhkan pengayaan hingga konsentrasi 90 persen. Iran menyatakan bahwa pengayaan terbarunya akan dipakai untuk pembangkit listrik di Bushehr. Iran juga akan meningkatkan stoknya lebih dari 300 kilogram untuk nuklir konsentrasi rendah.

Kesepakatan JCPA karut-marut gara-gara AS keluar pada 8 Mei 2018. Setelah hengkang, Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi bertubi-tubi kepada Iran. Negara-negara lain yang masih tergabung seperti Inggris, Prancis, Rusia, Jerman, dan Tiongkok tidak bisa berbuat apa pun. Mereka juga sulit memenuhi janji untuk memberikan keuntungan ekonomi bagi Iran.

Tepat setahun setelah AS keluar dari JCPA, Presiden Iran Hassan Rouhan memberikan tenggat 60 hari bagi negara-negara lainnya untuk mencari solusi. Yaitu, agar Iran tak lagi terkena sanksi. Tapi, hingga batas akhir waktu yang ditentukan, lima negara tersisa gagal memberikan solusi bagi Iran.

Iran tidak berhenti sampai di sini. Ancaman mereka berlanjut. Rencananya, Iran melanggar kesepakatan 60 hari sekali. Itu dilakukan jika tetap tidak ada solusi atas sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada mereka.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa negara-negara Eropa ikut bertanggung jawab karena mereka gagal memenuhi komitmen. ''Pintu diplomasi masih terbuka, tapi yang paling penting adalah perlunya inisiatif baru,'' tegasnya. Araghchi memaparkan, penurunan penjualan minyak Iran dan efek sanksi finansial adalah masalah besar yang harus diselesaikan segera.

Pernyataan senada dilontarkan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif. Melalui akun Twitter miliknya, Zarif menegaskan bahwa Iran siap kembali mengikuti kesepakatan awal di JCPA. Tapi, anggota yang lain juga harus mempertahankan komitmen.

Belum diketahui apakah Iran akan melanjutkan proyek reaktor di Arak. Reaktor tersebut bisa memproduksi plutonium. Pembangunan dan aktivasi reaktor tersebut dihentikan atas kesepakatan JCPA.

Di pihak lain, AS langsung berang dengan keputusan Iran. Trump menyebut Iran sedang bermain api. (sha/c19/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belanda Butuh Gol di Menit ke-99 Untuk Lolos ke Final Piala Dunia Wanita 2019


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler