Iran Dilanda Krisis Terburuk, Demonstran Bersorak: Matilah Khamenei!

Jumat, 16 Juli 2021 – 18:48 WIB
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto: AP

jpnn.com, TEHRAN - Aksi protes di jalanan terjadi pada Kamis malam di Iran akibat kekurangan air yang parah di daerah barat daya negara itu. Aksi-aksi protes itu terjadi saat Iran telah menghadapi kekeringan terburuk dalam 50 tahun.

Sejumlah video yang diunggah di media sosial menampilkan para demonstran sedang membakar ban untuk memblokir jalan dan pasukan keamanan terlihat berusaha membubarkan kerumunan saat beberapa tembakan terdengar.

BACA JUGA: Pemimpin Tertinggi Iran Pakai Vaksin Covid Buatan Dalam Negeri, Ini Namanya

Namun, Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian video-video tersebut secara independen.

"Televisi negara harus melaporkan apa yang kami katakan dan menunjukkan gambar kerbau yang mati karena kekurangan air," kata seorang lansia pengunjuk rasa dalam sebuah video yang disiarkan oleh situs berita regional Asrejonoob.

BACA JUGA: Bombardir Suriah, Amerika Mengaku Lindungi Diri dari Serangan Iran

Pada Mei, Menteri Energi Iran Reza Ardakanian memperingatkan tentang krisis air di musim panas, dengan mengatakan tahun ini adalah "salah satu musim yang paling kering dalam 50 tahun".

Krisis air di Iran telah menyebabkan pemadaman listrik dan pawai protes di beberapa kota pekan lalu.

BACA JUGA: Inilah Kesepakatan Baru Indonesia dengan Republik Islam Iran, Ada soal Perpustakaan sampai Vaksin COVID-19

Selama berlangsungnya beberapa aksi protes, orang-orang melampiaskan kemarahan mereka kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dengan meneriakkan kata-kata: "Matilah diktator" dan "Matilah Khamenei".

Dalam beberapa pekan terakhir, ribuan pekerja di sektor energi utama Iran telah mengadakan protes, meminta upah dan kondisi kerja yang lebih baik di ladang gas di daerah selatan dan beberapa kilang di kota-kota besar.

Ekonomi Iran merosot karena dampak sanksi dari Amerika Serikat dan pandemi COVID-19. Selain itu, Iran merupakan negara di Timur Tengah yang paling parah terkena dampak pandemi COVID-19.

Aksi protes oleh para pekerja dan pensiunan dilakukan hampir tak henti-hentinya selama berbulan-bulan.

Hal itu disebabkan ketidakpuasan masyarakat yang terus tumbuh karena ekonomi yang menderita inflasi lebih dari 50 persen serta angka pengangguran yang tinggi, dengan beberapa pekerja mengeluh bahwa upah mereka tidak dibayar. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler