jpnn.com, JAKARTA - Polisi memastikan bakal terus memantau pergerakan kelompok anarko yang kerap melakukan aksi kerusuhan saat ada aksi demo menolak UU Cipta Kerja di Jakarta.
Selain itu, pihak kepolisian juga bakal mendalami apakah kelompok anarko itu sudah menyusup di kalangan pelajar ataukah tidak.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Nana Sudjana mengatakan, ada sekitar 2.667 orang yang ditangkap saat ada aksi demo menolak UU Cipta Kerja di depan Istana Negara, Jakarta Pusat pada tanggal 8, 13, dan 20 Oktober lalu.
Mereka berasal dari berbagai wilayah, selain dari Jakarta, seperti Indramayu, Cirebon, Subang, Sukabumi, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
"Soal keterkaitan kelompok anarko dengan pelajar ini kami akan dalami, apakah oknum pelajar ini mereka sudah termakan, bisa dikatakan ajaran atau ideloginya. Namun, ini bukan hanya tugas kepolisian saja, tetapi pemerintah dan semua pihak," ujarnya kepada wartawan, Selasa (27/10).
Menurutnya, anarko itu sejatinya berasal dari kata anarkis, yang artinya kelompok itu menginginkan adanya suatu kebebasan dan kekerasan, atau bisa disebut juga dengan kata antikemapanan.
Ciri khas mereka pun memiliki simbol atau lambang A yang dilingkari dan kerap memakai seragam hitam-hitam.
"Setelah mereka diketahui, mereka berupaya menghilangkan identitasnya. Jadi sekarang mereka melakukan setiap kegiatan sudah tidak menggunakan lambang-lambang ataupun seragam yang ada," katanya.
Kelompok tersebut, tambah Nana, menjadi eksis di media sosial dengan membuat hasutan.
Karena itu, polisi bakal terus memantau pergerakan mereka, khususnya di media sosial itu.
Polisi juga bakal terus melakukan berbagai upaya pencegahan terhadap kelompok anarko tersebut. (mcr3/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA JUGA: Antisipasi Kelompok Anarko, Polisi Gelar Razia di Stasiun Hingga Terminal
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama