jpnn.com - JERUSALEM - Ketegangan antara penduduk Israel-Palestina terus memuncak. Sejak 3 Oktober lalu, korban jiwa terus berjatuhan.
Di sisi Palestina, berdasar data Bulan Sabit Merah, sedikitnya 25 orang tewas dan 1.021 lainnya terluka oleh tembakan peluru karet maupun timah panas yang dilakukan serdadu Israel. Juga, akibat gempuran bom yang dijatuhkan jet tempur negeri Yahudi itu di Jalur Gaza.
BACA JUGA: Kebakaran Gudang Di Singapura Mengeluarkan Ledakan, Begini Jadinya...
Di sisi lain, terjadi 16 kasus penusukan dengan sasaran warga Israel. Perlawanan dengan senjata ala kadarnya yang dilakukan rakyat Palestina itu menewaskan 5 orang dan melukai 20 lainnya.
Kemarin (12/10) dalam kurun waktu kurang dari sejam, terjadi dua kasus penusukan di Jerusalem Timur. Kejadian pertama, polisi ditusuk warga Palestina di pos pengecekan untuk memasuki area Jerusalem Timur. Si pelaku ditembak mati, sedangkan polisi itu tidak mengalami luka.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Dua Pria Dalang Bom Ankara Teridentifikasi
''Pelaku menyerang petugas dengan pisau. Tetapi, dia memakai rompi pelindung sehingga tidak terluka,'' ujar Juru Bicara Kepolisian Israel Luba Samri. Penusukan kedua terjadi di Pisgat Zeev, Jerusalem Timur. Dua warga Israel terluka parah.
Selama hampir dua minggu ini kasus penusukan meningkat tajam. Mayoritas pelakunya adalah pemuda Palestina yang tidak memiliki afiliasi dengan kelompok militan mana pun, termasuk Hamas. Beberapa lainnya dilakukan warga Arab Israel.
BACA JUGA: Baca Deh Pernyataan Mengejutkan Obama Ini, Dia Bilang Donald Trump...
Serangan acak dan tidak terduga tersebut membuat kepolisian Israel sulit melakukan pencegahan. Hingga kemarin, belum ada tanda-tanda ketegangan bakal berkurang apalagi berhenti. Bahkan, ada ketakutan terjadinya intifadah (perlawanan) ketiga dari warga Palestina secara besar-besaran jika ketegangan tidak kunjung mereda.
Pemicu ketegangan tersebut adalah rasa frustrasi atas pendudukan Israel di Tepi Barat, pembahasan perdamaian yang berjalan di tempat, serta tindakan keras polisi Israel di wilayah Jerusalem Timur yang mereka caplok. Terutama konflik di Masjidilaqsa baru-baru ini, yakni polisi Israel memasuki area masjid dan melakukan perusakan.
Penduduk Palestina pun mulai frustrasi atas upaya negara untuk membendung pendudukan Israel. Bahkan, polling baru-baru ini menunjukkan, mayoritas penduduk ingin kembali mengangkat senjata tanpa perlu pembicaraan damai. Sebab, pembicaraan damai selama ini seakan tidak berujung. Dalam prosesnya, Israel pun terus mencaplok tanah Palestina.
Israel menuding pejabat senior otoritas Palestina dan anggota Partai Fatah terlibat dalam memicu kericuhan tersebut. Salah seorang tokoh Palestina yang ditahan Israel, Marwan Barghouti, menegaskan, ketegangan saat ini disebabkan penolakan kebebasan Palestina. Tekanan meledak karena hampir setiap hari selalu ada warga Palestina yang terluka maupun tewas di tangan Israel.
Pemerintah Israel merespons meningkatnya ketegangan tersebut dengan serius. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengerahkan unit polisi perbatasan untuk memperkuat petugas keamanan di Jerusalem Timur dan seluruh wilayah Israel yang lain. Minggu (11/10) kabinet Israel juga menyetujui hukuman 4 tahun penjara bagi pelaku pelemparan batu ke kendaraan yang tengah melaju.
Salah satu kelompok yang dituding sebagai dalang adalah Islamic Movement (Gerakan Islam Red). Kelompok itu memberikan layanan keagamaan dan pendidikan bagi penduduk muslim di Israel. Netanyahu berencana memberikan sanksi kepada organisasi tersebut karena memimpin kampanye yang menuding Israel merencanakan mengambil alih wilayah kota tua Jerusalem. Pemimpin Islamic Movement itu telah ditahan.
Perwakilan Uni Eropa untuk hubungan Luar Negeri dan Keamanan Federica Mogherini telah menelepon Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas Minggu petang.
Dia meminta segala tindakan yang memicu ketegangan bisa dicegah dan situasi ditenangkan. Mogherini juga meminta pembicaraan damai kembali dilakukan. (AFP/AP/The Guardian/Haaretz/sha/c5/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggota Parlemen Inggris Ini Bicara Begini, Akhirnya "Ribut" Deh Se-Inggris
Redaktur : Tim Redaksi