Istana Presiden Diserang, Mursi Bertahan

Kamis, 06 Desember 2012 – 06:52 WIB
KAIRO--Gelombang unjuk rasa terus melanda Mesir. Rabu (5/12) sekitar 100 ribu massa anti-pemerintah memadati halaman Istana Kepresidenan al-Ittihadiya atau Istana Heliopolis di pinggiran Kota Kairo. Mereka menolak dekrit presiden dan rencana referendum pada 15 Desember nanti dalam rangka mengesahkan konstitusi baru hasil rancangan Ikhwanul Muslimin.

"Tuntutan kami kepada presiden adalah mencabut dekrit dan membatalkan referendum konstitusi," tulis demonstran pada papan yang sengaja digantungkan di pintu gerbang istana. Massa anti-pemerintah menyebut unjuk rasa sejak Selasa lalu (4/12) itu sebagai peringatan terakhir untuk Mursi. Kalau pemimpin 61 tahun itu tidak mengabulkan tuntutan tersebut, oposisi akan melengserkan pemerintahan.

Bentrok pun sempat terjadi di halaman istana presiden pada Selasa lalu. Saat itu, demonstran berupaya menerobos gerbang dan menyerang istana. "Aparat keamanan lantas menyemprotkan gas air mata sehingga terjadi bentrok," terang seorang petugas keamanan. Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan bahwa insiden itu menyebabkan 18 orang terluka. 

Ketika demonstran menyerang istana, Mursi dilaporkan tidak berada di sana. Jubir kepresidenan beralasan bahwa mantan ketua Partai Kemerdekaan dan Keadilan atau FJP (Hizb Al-Hurriya Wal "Adala), partai politik yang didirikan Ikhwanul Muslimin, itu sedang menghadiri rapat penting bersama sejumlah pejabat pemerintah. "Setelah pertemuan, beliau kembali ke kediamannya di pinggiran Kota Kairo," jelas Kementerian Dalam Negeri Mesir.

Ajudan Mursi menyebut bahwa presiden meninggalkan istana di kawasan Heliopolis, timur laut Kairo dan sebelah timur Sungai Nil, karena ada agenda penting. "Presiden bukan menghindari aksi unjuk rasa," bantahnya. "Pagi ini (kemarin pagi) Presiden Mursi sudah kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa di istana," lanjut ajudan yang tak mau disebutkan namanya itu. Padahal, ratusan massa anti-pemerintah masih menutup salah satu gerbang istana.

Kendati istana diserbu, Mursi dan pemerintahannya tidak menghiraukan. Pengganti Hosni Mubarak yang menjabat sejak 30 Juni lalu setelah terpilih lewat pemilu demokratis itu percaya diri. Selain dukungan dari Ikhwanul Muslimin, dia punya aliansi dengan kelompok lain  di pemerintahan. Saat ini, politisi Ikhwanul Muslimin menguasai hampir seluruh bidang pemerintahan.

Unjuk rasa untuk menolak referendum konstitusi itu pun, agaknya, tidak akan mampu membendung keinginan Mursi dan pemerintahannya. Meskipun oposisi mengancam akan memboikot pemungutan suara pada pekan depan itu, Mursi dan pemerintahannya yakin draf konstitusi yang disusun akan bisa lolos menjadi undang-undang dasar.

Bahkan, untuk membalas demo masal menentang Mursi, kubu Ikhwanul Muslimin menyerukan unjuk rasa tandingan kemarin. Ikhwanul Muslimin mengimbau para pendukung Mursi berkumpul di halaman istana dan menggelar aksi sama. Imbauan agar melakukan demonstrasi tandingan itu disebarluaskan lewat akun Facebook resmi milik Ikhwanul Muslimin.

"Ini saatnya bagi kita untuk mengembalikan legitimasi Presiden Mursi sebagai pemimpin sah," seru Ikhwanul Muslimin. Imbauan tersebut menuai reaksi positif dari para pendukung Mursi.

Namun, demo tandingan dengan massa tidak sedikit itu dikhawatirkan memicu bentrok. Tidak hanya antara aparat dan demonstran, melainkan juga antara pengunjuk rasa dari dua kubu. Ini bisa membawa Mesir jatuh ke dalam krisis politik lebih besar dan buruk.

Meski begitu, tak seperti Selasa lalu, kemarin lalu lintas di depan istana kepresidenan berangsur normal. Kendati sekitar 300 aktivis oposisi berkemah di halaman istana, warga kembali menjalankan aktivitas. Puluhan ambulans yang semula siaga di kawasan itu pun sudah kembali ke tempat masing-masing.

Kemarin polisi mulai menarik sebagian personel yang disiagakan di istana sejak Selasa lalu. Selain mengurangi jumlah petugas di istana, polisi juga menarik personelnya dari markas FJP di Kota Minya, Provinsi Minya, sekitar 245 kilometer selatan Kairo. Selasa malam lalu, massa menyerbu markas partai yang bertalian dengan Ikhwanul Muslimin tersebut.

Menurut Mahmoud Amin, salah seorang paramedis yang berjaga di Menia, sempat terjadi bentrok antara aparat dan massa di markas partai itu. "Sekitar 19 demonstran terluka setelah bentrok dengan aparat keamanan," ujarnya. Tetapi, insiden penyerbuan itu membuat bagian depan bangunan markas FJP rusak. (AP/AFP/CNN/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Topan Bopha Renggut Tujuh Nyawa di Filipina

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler