jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang diperdagangkan antarbank pada Kamis (1/9), melemah karena dipengaruhi subsidi dan kompensasi energi yang masih menjadi beban pemerintah.
Rupiah ditutup melemah 40 poin ke posisi Rp 14.882 per USD dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp 14.842.
BACA JUGA: Penyesuaian Harga BBM Jaga Daya Beli Masyarakat
Direktur PT. Laba Forexindo Ibrahim Assuaibi mengatakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022 yang menjadi shock absorber telah bekerja keras.
Konsekuensinya, subsidi dan kompensasi energi sesuai Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, jumlahnya meningkat tiga kali lipat, yaitu dari APBN 2022 awal Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.
BACA JUGA: Rupiah Hari Ini Ditutup Stagnan, Sulit Bergerak Karena Sentimen Negatif
"Kenaikan jumlah subsidi dan kompensasi 2022 sangat besar di Rp 502,4 triliun, bahkan kemungkinan akan melonjak di atas Rp 690 triliun. Ini merupakan kenaikan yang sungguh sangat dramatis," ujar Ibrahim, Kamis (1/9).
Menurut dia, lebih dari tiga kali lipat subsidi dan kompensasi yang dialokasikan itu untuk menahan agar daya beli masyarakat terus terjaga.
BACA JUGA: Bripda Ade Beber Detik-Detik Gerebek Istrinya di Hotel Mewah, Sabar Ya, Bro!
Namun, dengan harga minyak mentah dan ICP yang masih dalam tren meningkat dan seiring pemulihan aktivitas ekonomi serta meningkatnya mobilitas, kuota BBM bersubsidi Solar dan Pertalite diperkirakan akan habis pada Oktober 2022.
Artinya, Rp 502 triliun yang dialokasikan untuk subsidi dan kompensasi energi pasti akan terlewati.
Selain itu, distribusi manfaat subsidi dan kompensasi energi saat ini lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu, 95 persen untuk subsidi Solar dan 80 persen untuk subsidi Pertalite.
Oleh karena itu, pemerintah menetapkan untuk mulai melakukan pengalihan subsidi yang begitu besar sebagian untuk langsung diberikan kepada kelompok yang tidak mampu.
"Jika ratusan triliun rupiah hanya 5 persen subsidi solar dinikmati kelompok tidak mampu dan 20 persen subsidi Pertalite dinikmati kelompok tidak mampu, dampaknya ialah kesenjangan makin besar," ungkap Ibrahim.
Dengan demikian, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatuf. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 14.870 - Rp 14.930. (mcr28/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... BI Mencabut Rupiah Tahun 1995, Bentuknya Seperti Ini, Ayo Cepat Ditukar!
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Wenti Ayu Apsari