JAKARTA - Sejumlah artis yang nyalon di pilkada tidak bisa dipastikan bakal memenangkan pesta demokrasi di daerah. Pengamat politik yang juga akademisi Rhenald Kasali menyatakan, fenomena terpilihnya artis menjadi wakil rakyat atau kepala daerah hanyalah strategi politik di awal era demokrasi di Indonesia.
"Di awal demokrasi pemilihan langsung, rakyat tidak kenal politisi, tapi kenal artis. Sekarang jamannya sudah berubah," kata Rhenald saat dihubungi.
Di masa lalu, jelas Rhenald, masyarakat hanya bisa memilih yang ganteng, yang cantik untuk terpilih mewakili mereka. Namun, faktanya, ternyata beberapa artis tidak mampu perform dengan baik. Sebaliknya, para politisi mulai menunjukkan kinerjanya.
"Lihat saja Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Risma (Walikota Surabaya), Ridwan Kamil (Walikota Bandung), dan banyak lagi. Masyarakat sekarang lebih butuh figur seperti itu," kata pendiri Rumah Perubahan itu.
Menurut Rhenald, di era sosial media saat ini, siapapun bisa mengukur kualitas calon pilkada dengan mudah. Calon di pilkada juga dituntut melakukan camera branding, atau memperkenalkan diri mereka secara visual melalui sosial media.
Dengan camera branding yang interaktif, semua pihak bisa berinteraksi. "Di situ akan ketahuan apakah auranya untuk melayani kelihatan atau tidak. Kalau artis selama ini bisa melayani, politisi pun sekarang bisa," ujar Rhenald.
Tingkat popularitas artis, kata Rhenald, tidak bisa menjadi ukuran. Artis selama ini hanya terkenal pada fragmen media, terkecuali pada beberapa kasus artis tertentu yang mampu merakyat. "Ada contoh seperti Iwan Fals. Namun, pertanyaannya, dia mau atau tidak," ujarnya. (bay)
BACA JUGA: Ini Petuah Dede Yusuf untuk Artis yang Nyalon Pilkada
BACA JUGA: Artis Itu Ada Dua Macam
BACA JUGA: Yang ini Artis tapi Muka Lama di Panggung Politik
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selebriti Ikut Mengincar Kursi
Redaktur : Tim Redaksi