jpnn.com - Jabosar Ronggur, usia 28 tahun, mampu meraih gelar doktor di bidang Teknik Kimia Universitas Indonesia (UI).
Mesya Mohamad, Jakarta
BACA JUGA: Ranking Perguruan Tinggi Indonesia di Level Dunia Turun
SABTU, 1 September 2018 menjadi hari yang dinantikan 8.177 wisudawan D3 hingga S3 UI. Sekian tahun menuntut ilmu, kini bisa memegang ijazah kesarjanaan.
Dari ribuan wisudawan, ada sosok Jabosar Ronggur. Sepintas tidak ada yang menonjol dari Jabo sapaan karibnya. Cuma dari cara berbicara yang sistematis, kelihatan pria kelahiran Pekanbaru, 18 September 1990 itu cerdas.
BACA JUGA: Sejumlah Kampus Terbaik Indonesia Peringkatnya Melorot
Dan, benar saja saat Rektor UI Prof Muhammad Anis mengumumkan wisudawan terbaik, ada nama Jabo di sana. Ya, Jabo adalah lulusan doktor Teknik Kimia UI termuda dan meraih predikat Cumlaude dengan nilai IPK 3,8.
Jabo memang sejak kecil mencintai mata pelajaran IPA terutama Kimia dan Biologi. Menurut lulusan master Universitas Negeri Riau (Unri) ini, dengan menguasai kedua ilmu itu bisa menciptakan produk yang bisa diaplikasikan bagi masyarakat banyak.
BACA JUGA: UGM Kalahkan UI sebagai PT Terbaik, Ini Sebabnya
Jabo tipe orang yang konsisten. Terbukti saat masuk S1 di Unri pada 2008, dia pilih Teknik Kimia. 2012 lulus dengan IPK 3,4. Kemudian dia melanjutkan S2 tahun 2013 juga jurusan Teknik Kimia Unri.
Dia lulus 2015 dengan predikat cumlaude di mana IPK 3,87. Tahun 2015 masuk S3 jurusan Teknik Kimia dan lulus Maret 2018 predikat cumlaude dengan IPK 3,8.
Tidak banyak rahasia sukses yang diungkap Jabo. Dia hanya menyebutkan untuk meraih apa yang dia dapat sekarang hanya butuh fokus, konsisten, dan pintar membagi waktu.
Dia juga termasuk tipe kutu buku yang tidak maniak medsos. Medsos hanya digunakan untuk keperluan kuliah atau memperluas jaringan. Bahkan, Jabo bukan pecinta bioskop.
Di waktu senggangnya menjelang tidur, dia memilih nonton film lewat DVD atau laptop. Baginya menonton itu adalah waktu privasi sehingga tak cocok bila dihabiskan di bioskop.
"Waktu senggang saya sedikit banget sih ya. Jadi kalau ke bioskop itu makan waktu dan tidak privat. Beda kalau nonton sendiri, beda rasanya," tuturnya.
Saat ini, Jabo baru sebulan gabung menjadi dosen di Institut Teknologi Sumatera. Sebagai dosen, banyak kewajiban yang harus dipenuhi di antaranya rutin melakukan penelitian serta membuat jurnal ilmiah.
Penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) S3 UI ini tertarik membuat penelitian yang bisa diaplikasi masyarakat. Salah satunya biobriket, yang kini dikembangkan di Lampung.
Ada juga penelitian yang sedang dikembangkan bersama dosen pembimbing S3-nya, soal pengolahan limbah kelapa sawit menjadi Asam Lesulinat. Asam Lesulinat ini akan menghasilkan bahan bakar baru pengganti blodiesel dan bensin.
"Asam Lesulinat harga jualnya lebih tinggi dibanding bioetanol. Memang prosesnya ruwet tapi dari nilai produksi lebih menguntungkan karena tidak hanya bensin yang dihasilkan tapi juga biodiesel," terangnya.
Dengan ilmu yang diperoleh, Jabo bisa saja bekerja di perusahaan asing dengan gaji besar. Namun, dia mengaku terobsesi menjadi dosen mengikuti jejak ibunya.
Walaupun baru sebulan bekerja sebagai dosen, Jabo sudah menemukan dunianya. Dunia pendidikan menjadi targetnya. Dan, bila ada kesempatan, Jabo ingin mencoba peruntungannya dalam rekrutmen CPNS 2018.
"Papa saya pensiunan PNS dan mama saya dosen PNS juga. Makanya saya ingin jadi dosen. Kalau bisa jadi dosen PNS, puji Tuhan," ucapnya.
Dalam rekrutmen CPNS tahun ini pemerintah tetap mengalokasikan formasi bagi lulusan cumlaude dari perguruan tinggi terakreditasi A. Jabo berharap, ada keberuntungannya di sana agar harapan kedua orang tua terpenuhi.
"Mudah-mudahan bisa tembus ya. Kalau enggak ya, sabar saja. Toh dosen non PNS juga kesejahteraannya setara PNS, cuma bedanya enggak ada pensiunnya," tutupnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad