jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah pusat menetapkan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM Level 3 untuk kawasan Jabodetabek.
Gubernur DKI Anies Baswedan, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadli Imran, dan Pangdam Jaya Mayjen Untung Budiharto langsung menggelar rapat menindaklanjuti keputusan pemerintah pusat tersebut.
BACA JUGA: Jabodetabek PPKM Level 3, Dyandra Terpaksa Mengundurkan IIMS 2022
Rapat yang digelar di Balai Kota DKI ini dimulai sekitar pukul 14.30 dan berlangsung selama satu jam.
Anies mengungkapkan rapat tersebut mulanya untuk mendengarkan arahan langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
BACA JUGA: PPKM di Jabodetabek Level 3, Ini Sebabnya
“Kami baru saja tadi mengikuti arahan langsung dari Bapak Presiden yang diberikan kepada seluruh kepala daerah, semua Kapolda, Pangdam dan seluruh jajaran TNI dan polisi,” ucap Anies di Pendopo Balai Kota, Senin (7/2).
Menurut dia, arahan utama Presiden Jokowi adalah tentang vaksinasi agar segera dituntaskan, khususnya kepada warga lanjut usia (lansia).
BACA JUGA: Luhut Binsar Umumkan Kenaikan PPKM Level 3, Ini Daftar Wilayahnya
Seusai rapat bersama Jokowi, Anies, Irjen Fadli, dan Mayjen Untung melanjutkan rapat internal.
Ketiganya sepakat bahwa hal yang paling urgen ialah mengenai penggunaan masker dan potensi kerumunan.
“Masker jangan dilepas, hindari potensi kerumunan, dan kurangi bepergian bila tidak esensial. Bila tidak esensial maka di rumah saja. Jika bisa dilakukan secara virtual lakukan,” imbaunya.
Sementara itu, Irjen Fadil Imran menambahkan polisi bakal fokus melakukan pengendalian terhadap kerumunan, salah satunya adalah crowd free night.
“Setelah melihat data harian memang yang nongkrong-nongkrong ini, kan, kebanyakan anak muda dan kasus harian berdasarkan umur memang kebanyakan anak muda. Sehingga untuk melakukan langkah-langkah pencegahan kami melakukan crowd free night,” kata Irjen Fadil.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan kenaikan status PPKM Level 3 Jabodetabek ini bukan karena tingginya kasus.
Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh beberapa indikator, seperti tracing yang rendah dan tingkat keterpakaian tempat tidur yang tinggi. (mcr4/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi