Jadi Calon Ketum PB PMII, Hasnu Ibrahim Usung Kredo Perfectum of PMII Victory of Indonesia

Jumat, 14 Juni 2024 – 16:39 WIB
Wasekjen PMII Hasnu Ibrahim secara resmi mendaftarkan diri sebagai pencalonan Ketua Umum PB PMII periode 2024-2027, Kamis (13/6). Foto: source for jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal PB PMII Bidang Politik, Hukum dan HAM periode 2021 - 2024 Hasnu Ibrahim secara resmi mendaftarkan diri dan mengembalikan berkas pencalonan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesis (PB PMII) periode 2024-2027.

Ketua umun PMII sendiri akan dipilih pada Kongres PMII XXI di Palembang, Sumatera Selatan pada 12 - 14 Agustus 2024 mendatang.

BACA JUGA: Nomor Ponselnya Dicatut di Aksi Geruduk Istana, Pengurus PB PMII Ini Melapor ke Bareskrim Polri

Pengembalian berkas kandidat Ketua Umum tersebut dilangsungkan di Kantor PB PMII, Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat, Kamis (13/6).

Selain menjabat sebagai wasekjen, Husnu merupakan kader PMII asal Kupang yang juga Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Bali dan Nusa Tenggara (Bali, NTB, dan NTT).

BACA JUGA: BPDPKS dan PB PMII Sosialisasikan Manfaat Sawit untuk Ekonomi Kerakyatan

Hasnu mengawali prosesnya sebagai aktivis PMII pada tahun 2014 di PC PMII Kupang, Nusa Tenggara Timur, region Bali Nusra.

"Sebagai kader PMII yang sedang di struktural kami memohon ijin dan restu dari para anggota, kader, Ketua Rayon, Ketua Komisariat, Ketua Cabang, Ketua Pengurus Koordinator Cabang, Majelis Pembina Cabang, Majelis Pembina Daerah dan Majelis Pembina Nasional dan Ikatan Keluarga Alumni PMII se Nusantara agar mendukung dan mendoakan kami pada kongres kali ini," kata Husnu dalam keterangannya, Jumat (14/6).

Menurut Hasnu, Perfectum of PMII alias penyempurnaan PMII adalah keharusan, karena PMII telah memasuki usia 64 tahun dalam menyambut PMII Emas 2060.

"Penyempurnaan tersebut dimulai dari metode kaderisasi, metode gerakan, metode dakwah, pangkalan data organisasi, kelembagaan dan restrukturisasi, elektronik PMII, ekosistem ekonomi organisasi dan paradigma PMII," jelas.

Dia mengatakan ini menjadi PR sejarah yang harus disempurnakan agar ke depannya tidak lagi berkutat pada persoalan tersebut melainkan sudah memikirkan tentang desainer yang meritokrasi negeri.

Selain itu, Hasnu juga mendorong zonasi gerakan berbasis isu-isu lokal seperti Lingkungan, Masyarakat Adat, Hak Asasi Manusia (HAM), agraria, kelautan dan perikanan, maritim, pariwisata, pertambangan dan energi, industri dan ketenaga kerjaan.

"Penataan zonasi gerakan berbasis isu lokal ini akan menjadi role model kepemimpinan kedepannya yang dapat melakukan lompatan-lompatan besar terhadap kemajuan PMII pada gerakan eksternal," kata Hasnu.

Dia juga menyoroti sejumlah hal seperti pembangunan demokrasi, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, desentralisasi dan otonomi daerah, Omnibus Law Cipta Kerja, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), birokrasi lokal dan kesejahteraan masyarakat lokal yang bersinggungan secara langsung dengan publik.

"PMII sebagai kekuatan masyarakat sipil harus berperan aktif dalam mengawal agenda pemerintahan demi mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang maju, berdaulat dan berkelanjutan," jelas Hasnu.

Ke depan, desain kepemimpinan PMII harus bermuara terhadap PMII Untuk Indonesia sebagai gayung bersambut dari Ibu Kota Nusantara sebagai signal transformasi bangsa.

"Menangkan Indonesia artinya kita harus berkolaborasi dengan semua pihak untuk bersama-sama mengatasi kemiskinan, gizi buruk, kualitas pendidikan, korupsi dan penegakan hukum, pemerataan pembangunan dan sejumlah problem kenegaraan lainnya," ungkap Hasnu.

Hasnu mengakui peluang bagi Indonesia ada, tetapi di era VUCA dan PENTAHELIX ini membutuhkan kolaborasi dan sinergitas semua komponen bangsa agar mempercepat transformasi Indonesia dalam kerangka Indonesia Emas 2045.

Sementara itu, Salah satu Tim Pemenangan Muda PMII Untuk Nusantara Syaiful Hidayatullah menjelaskan Husnu sosok yang lahir dari proses kaderisasi yang panjang dan matang sebagai intelektual organik.

Dia menyebutkan Husnu memiliki 3 modal untuk menjadi ketua umum PMII. Pertama, modal intelektual.

Syaiful menyebutkan sebagai aktivis pergerakan, Husnu akrab dengan sejumlah bahan bacaan seperti politik, hukum, perbandingan ideologi, filsafat, kelautan dan perikanan, maritim dan sejumlah buku-buku gerakan sosial lainnya yang akrab dengan dunia aktivisme.

"Hasnu juga rutin mengirimkan sejumlah naskah tulisannya di sejumlah media massa baik nasional maupun lokal dalam merespon sirkulasi isu yang berkembang sangat cepat," jelasnya.

Selain itu, Hasnu juga aktif dalam beberapa lembaga riset dan konsultan pemilu dan demokrasi serta berhasil melahirkan buku berjudul "Omnibus Law Cipta Kerja di Indonesia: Kontroversi, Oligarki dan Tantangan Demokrasi".

Kedua, lanjutnya, Husnu memiliki jaringan yang cukup luas baik skala nasional dan lokal. 

"Melalui persekawanan tersebut, dirinya mempelajari banyak hal dari lingkungan eksternal sebagai keyakinannya dalam menata PMII kedepannya terutama pada pengusaan isu-isu tertentu dengan metode kerja dan riset yang tepat," jelasnya.

Modal ketiga menurut Syaiful, Husnu juga memiliki modal kepemimpinan yang telah diasah sejak SMA.(mcr8/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
PMII   kepemimpinan   Kongres   Pemuda  

Terpopuler