jpnn.com, JAKARTA - Profesor Ikrar Nusa Bakti termasuk dalam 17 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin (13/3). Dia ditugaskan di Tunisia.
Dia mengatakan bahwa Tunisia merupakan negara penting bagi Indonesia. Terlebih, keduanya sudah punya hubungan erat sejak 1952 silam.
BACA JUGA: Tantowi Jadi Dubes RI, Pappri Cari Ketua Umum Baru
"Dulu kan pemimpin kemerdekaannya kan juga diundang Bung Karno ke sini, Jakarta dijadikan ibu kota untuk perjuangan kemerdekaan di Asia Tenggara oleh Tunisia," ujar Ikrar, mengulas tentang Tunisia saat berbincang dengan wartawan usai dilantik.
Proses Guru Besar di Pusat Penelitian Politik LIPI ini menjadi Dubes bukan tanpa hambatan. Saat mengikuti proses fit and proper test di DPR, ada dua fraksi menolaknya. Yang paling keras adalah Demokrat.
"Alasannya katanya bahwa saya kalau membuat pernyataan ceplas-ceplos, behaviournya katanya nanti bisa terjadi sesuatu, bisa dipersona non grata dan sebagainya," kisah Ikrar.
Namun, pria yang menghabiskan masa kecilnya di Biak, Papua, merasa yakin dengan kemampuannya menjadi diplomat. Apalagi dirinya juga alumni program studi Ilmu Inernasional, Fakuktas Ilmu Sosiak dan Ilmi Politik Universitas Indonesia.
"Itu mesti diingat. Jadi saya juga belajar soal diplomasi. Saya belajar mengenai hubungan internasional. Jadi sesuatu hal yang naif kalau kemudian saya tidak tahu tata cara diplomasi dan sebagainya ya," ujar dia meyakinkan.
Selain itu, pria profesor kelahiran 1957 ini juga mengaku sering diundang ke berbagai kedutaan besar di negara sahabat guna menjelaskan tentang Indonesia, salah satunya Papua. hal itu, katanya, juga bagian diplimasi meski statusnya ketika itu sebagai peneliti maupun dosen.
Sebagai Dubes Tunisia, Ikrar mengatakan salah satu tugas yang diamanatkan Presiden Joko Widodo adalah membuka pasar di negara-negara sahabat. Tak terkecuali tempat Ikrar menjadi dubes.
Dia berharap bisa melakukan apa yang diharapkan Presiden Jokow. Meskipun Tunisia negara kecil, dan terkadang dianggap jauh oleh para pengusaha nasional untuk dijadikan pasar ekspansi.
"Tapi buat saya bagaimana meningkatkan hubungan ekonomi ke depan. Itu jauh lebih penting. Juga bagaimana kita bisa menarik investor untuk menanamkan modalnya di sana," ujarnya.
Ya, dia berharap para pengusaha nasional mau menanamkan saham di Tunisia. Seperti juga di Nigeria yang menjadi salah satu negaa investasi salah satu perusahaan mie instan asal Indonesia.
Saat ditanya apakah dia telah mempelajari Tunisia yang akan ditinggalinya, Ikrar menjawab diplomatis.
"Saya belum mengatakan saya belum pelajari, tapi paling tidak sudah melihat kira-kiraapa yang bisa kami kembangkan dalam kerja sama ekonomi ke depan," pumgkas Ikrar.(fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam