Jadikan Momentum Hari Bela Negara Semangat Membangun Bangsa

Kamis, 19 Desember 2019 – 19:14 WIB
Sukamta. Foto; Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia memperingati Hari Bela Negara pada Kamis 19 Desember 2019. Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan dalam kondisi negara yang mengkhawatirkan, terselip secercah harapan Indonesia akan maju.

Dia mengatakan, dalam momen peringatan Hari Bela Negara ini diperlukan refleksi dan introspeksi. Menurut dia, permasalahan bangsa sangat banyak dan serius. Mulai dari angka kriminalitas, model kejahatan terus berkembang, narkoba, korupsi, separatisme, ancaman komunisme, terorisme, bencana alam, apatisme sebagian generasi muda hingga persoalan ekonomi.

BACA JUGA: Politikus PKS Sukamta Kecam Pengesahan UU Bermuatan Diskriminatif di India

Sukamta mengingatkan untuk tetap optimistis. "Dalam momentum Bela Negara ini, harus tetap semangat dan optimistis," kata Sukamta.

Wakil ketua Fraksi PKS Bidang Polhukam ini menambahkan hingga 2018, Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat crime rate masih berkisar 129 kasus kriminal per 100 ribu penduduk. Artinya ada 336.652 kasus kriminal yang ditangani kepolisian. "Angka yang tergolong tidak rendah," ujar Sukamta. 

BACA JUGA: Sukamta: KKB di Papua Itu Teroris

Kejahatan narkoba juga menujukkan tren meningkat. Tercatat enam ratusan kasus di 2015, delapan ratusan kasus di 2016, sembilan ratusan kasus di 2017, serta lebih di atas 1000 kasus pada 2018. "Diprediksi tahun 2019 pun mengalami peningkatan," tegasnya.

Selain itu, dia juga menyoroti kondisi perekonomian yang cenderung stagnan seperti sekarang ini. Menurutnya, pertumbuhan atau growth di kisaran lima persen untuk sebuah negara berkembang itu cukup mengkhawatirkan. "Sejatinya, negara berkembang sangat berpeluang untuk menggenjot growth-nya di atas lima persen," katanya. 

BACA JUGA: Detik-detik Adian Napitupulu Kolaps, Ditolong Penumpang Berprofesi Dokter

Dia berharap program Bela Negara memiliki dampak positif terhadap kualitas sumber daya manusia. Negara-negara dengan skor human depelovment index atau HDI tinggi biasanya juga memiliki program bela negara.

"Dengan dididik untuk disiplin, jujur dan tidak mudah menyerah, insyaallah kualitas manusia Indonesia akan terus membaik. Mudah-mudahan dengan memiliki semangat bela negara yang tinggi, insyaallah HDI kita akan meningkat," paparnya.

Ia menambahkan pada 2019 ini saja berdasar laporan UNDP, skor HDI Indonesia meningkat menjadi 0.707. Menurutnya, hal ini termasuk kelompok HDI tinggi dan  modal besar dalam memajukan pembangunan sebuah bangsa. "Apalagi kita memiliki peluang bonus demografi pada 2030," ujar Sukamta.

Lantas apa yang dimaksud Bela Negara itu? Sukamta menjelaskan pada dasarnya Bela Negara ini memiliki cakupan yang luas. "Berangkat kerja, berangkat sekolah-kuliah, berangkat berjualan, jika diniatkan selain untuk menghidupi keluarga juga untuk berbakti kepada ibu pertiwi secara sepenuh hati, maka pada hakikatnya kita sedang melaksanakan bela negara," ungkap dia.

Dalam Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) juga diatur cakupan dari program Pendidikan Kesadaran Bela Negara, yang mencakup di lingkungan masyarakat, profesi dan pendidikan. 

Meskipun lebih khusus lagi Bela Negara juga dilakukan dengan membentuk Komponen Pendukung (Komduk) dan Komponen Cadangan (Komcad) yang berfungsi menopang Komponen Utama yaitu TNI jika ada mobilisasi dikarenakan situasi darurat militer atau bahkan perang.

Dia menambahkan Global McKinsey Institute memprediksi Indonesia akan menjadi negara maju peringkat ketujuh  dengan perekonomian terbesar melampaui Jerman dan Inggris pada 2030. Pada tahun itu, Indonesia diprediksi akan memiliki sekitar 113 juta orang tenaga terampil dan ahli serta 135 juta kelas menengah. Ini semua akan men-drive Indonesia masuk katagori negara maju. 

"Nah, dengan program Bela Negara tadi yang kita harapkan akan memiliki dampak positif terhadap HDI, mudah-mudahan ini sejalan dengan prediksi McKinsey tadi. Yang penting kita harus selalu semangat dan optimis," harap wakil rakyat dari dapil Daerah Istimewa Yogyakarta ini. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler