Jaga Jarak Karena Jadi Korban Plintiran

Kamis, 23 Desember 2010 – 22:44 WIB
Ketua DPR RI Marzuki Alie dalam acara Refleksi Akhir Tahun DPR RI, di Pressroom DPR RI, Kamis (23/12). Foto : Arundono Wicaksono/JPNN
JAKARTA - Ketua DPR RI DR Marzuki Alie mengatakan dia harus sedikit mengambil jarak dengan persHal itu terpaksa lakukan karena selama satu tahun memimpin DPR tanpa membatasi diri dengan pers, banyak yang diplintir pers

BACA JUGA: Anas Anggap Pertemuan SBY-HB jadi Obat Turun Panas



"Satu tahun memimpin DPR, saya terlalu terbuka dan dekat dengan pers
Akibatnya, berbagai guyonan saya sering jadi konten berita dan diplintir pers," kata Marzuki Alie, dalam acara refleksi akhir tahun DPR, bertema "Satu Tahun DPR, Apa Yang Dihasilkan?", di pressroom DPR, gedung Nusantara III, Senayan Jakarta, Kamis (23/12).

Pengakuan Marzuki, keluarnya berbagai guyon dari mulutnya dalam merespon berbagai persoalan bangsa lebih disebabkan karena dirinya memang suka guyon

BACA JUGA: Masjid di Jogja Jadi Sasaran Bom Rakitan

"Dari dulu, saya memang suka guyon dan menempatkan wartawan sebagai sahabat yang bisa memilah-milah antara pernyataan sebagai Ketua DPR dengan guyon dalam kapasitas pribadi
Faktanya justru guyon itu yang dijadikan konten berita hingga mengganggu ketenangan republik ini," kata Marzuki.

Meski mereposisi diri dengan pers, lebih lanjut Marzuki berjanji akan tetap terbuka terhadap pers dan masyarakat dalam memimpin DPR

BACA JUGA: Tidak Ada yang Kultuskan Sri Sultan

"Saya hanya akan membatasi diri dalam menyampaikan guyon dengan pers karena pada setiap guyon selalu saya katakan itu tidak untuk konsumsi publik, tapi yang namanya pers tetap saja mengutamakan guyon sebagai berita ketimbang substansi yang saya sampaikan," keluhnya.

"Jadi, mohon maaflah, Bukan saya berubah tapi saya ingin ketenangan republik tetap terjaga Soal pepatah "kalau takut dilamun gelombang jangan berumah di tepi pantai" yang diplintir media itu sudah cukup bikin saya capek," katanya.

Lebih lanjut, mantan Sekjen Partai Demokrat itu juga mengungkap kecemasannya terhadap tanggung jawab partai politik dalam memberikan pendidikan politik kepada kadernya.

"Saya masih gamang melihat mekanisme rekrutmen kader partai karena uang jadi penentuSulit bagi kita untuk memenej partai secara profesional karena kader-kader terbaik tapi tak punya uang dengan sangat mudah tersingkir hanya karena duit," tegasnya.

"Kalau orang-orang berduit itu diberikan sanksi, partai biasanya cemas akan kehilangan kader yang berduit itu, imbuhnya(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Kerahkan Supporter Dukung Timnas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler